JawaPos.com – ’’Njenengan yang hari ini terpapar Covid-19, insya Allah saya yakin akan diberi kesembuhan oleh Gusti Allah. Karena Gusti Allah selalu mengatakan kepada hambanya, tidak pernah mungkin memberikan cobaan yang melebihi kekuatan yang kita punya,’’ ucap Wali Kota Eri Cahyadi.
Pesan itu disampaikan Eri ketika berkunjung ke Rumah Sakit Lapangan Tembak (RSLT) kemarin (5/8). Pria 44 tahun tersebut memberikan motivasi. Tujuannya, api semangat tenaga kesehatan (nakes) serta pasien tak pernah padam dalam melawan virus korona.
Selain sabar, pasien diminta tetap bahagia. Sebab, rasa bahagia bisa meningkatkan imunitas. ’’Panjenengan mboten usah mikir nopo-nopo. Didamel seneng mawon. Karena kalau seneng, insya Allah imun cepat naik,’’ katanya.
Di RSLT, mantan kepala bappeko tersebut mengecek kapasitas tempat itu. Jumlah pasien jauh berkurang. Bed occupancy ratio (BOR) RSLT saat ini berkisar 28 persen.
Sejumlah warga yang semula menjalani perawatan sudah bersiap pulang. Mereka bakal berkumpul lagi dengan keluarga. Sebelum beranjak meninggalkan RSLT, Eri menyampaikan pesan. Dia meminta alumni menyampaikan ke warga. Hari ini waktunya memutus mata rantai Covid-19. ’’Agar perekonomian kembali bergerak. Sudah waktunya Surabaya bangkit,’’ paparnya.
Contohnya, BOR di RSLT. Semula keterisian rumah sakit itu mencapai 90,04 persen. Saat ini berkurang menjadi 28 persen.
Bukti lain terlihat di RSUD Soewandi. Semula BOR mencapai 90,80 persen. Saat ini berkurang menjadi 89,08 persen. ’’Penurunan disebabkan penanganan Covid-19 pemkot berjalan cepat,’’ jelasnya.
Pantauan Jawa Pos, rata-rata BOR rumah sakit di Surabaya terisi 50–60 persen. Ketua Persatuan Rumah Sakit Indonesia (Persi) Surabaya dr Didi D. Dewanto SpOG (K) mengatakan, laporan dari beberapa rumah sakit di Surabaya, BOR tidak lagi penuh. Rata-rata BOR rumah sakit terisi 50 persen. Hal itu disebabkan penerapan PPKM hingga hampir sebulan ini.
’’Yang menyebabkan persebaran virus karena mobilitas manusia. Jadi, ketika pergerakan manusia dibatasi, kasus pun mulai menurun,” katanya.
Di Rumah Sakit Husada Utama (RSHU), lanjut dia, pasien Covid-19 yang dirawat juga menurun. BOR yang tadinya penuh kini terisi 50–60 persen. Mereka bergejala ringan dan sedang.
Sementara itu, pasien di instalasi gawat darurat (IGD) menurun. Harapannya, dengan adanya perpanjangan PPKM dalam seminggu ke depan, kasus Covid-19 juga menurun.
Penurunan pasien Covid-19 juga terjadi di RSUD dr Soetomo (RSDS). Direktur RSUD dr Soetomo dr Joni Wahyuhadi SpB (K) mengatakan, jumlah pasien yang dirawat di RIK RSDS menurun. Biasanya RSDS merawat 500–600 pasien. Sekarang pasien yang dirawat 320 orang. ’’Sudah mulai menurun,” ujarnya.
Joni menjelaskan, begitu juga di IGD yang biasanya pasien mencapai 100 orang, kini hanya sembilan orang. Meski pasien sudah menurun, ruang ICU di RSDS untuk pasien Covid-19 tetap penuh. ’’Jadi, gejala-gejala berat masih ada,” ungkapnya.
Joni menuturkan, RSDS bisa menurunkan angka kematian pasien yang dirawat di ICU, tetapi paling banyak kematian terjadi justru di IGD. Sebab, pasien yang datang ke IGD rata-rata sudah dalam kondisi berat. Saturasi oksigen sudah di bawah normal.
’’ICU dengan berbagai teknologi dan pengetahuan bisa menurunkan angka kematian hingga 5 persen lebih. Namun, bobol di IGD-nya. Banyak pasien yang datang dengan kondisi berat. Itulah yang harus dicegah,” jelasnya.
Direktur Rumah Sakit Universitas Airlangga (RSUA) Prof dr Nasronudin SpPD-KPTI FINASIM mengungkapkan, pasien Covid-19 di RSUA juga menurun. Saat ini pasien yang dirawat mendekati 100 orang. ’’Di ICU kami penuh semua,” ujarnya.
FAKTOR-FAKTOR BOR TURUN
– Pemkot membuat dua rumah sakit darurat. Yaitu, RSLT dan RS GOR Indoor GBT. Rumah Sakit itu menampung pasien gejala sedang.
– Sebanyak 154 rumah sehat tersebar di seluruh kelurahan. Tujuannya, menampung warga yang terpapar Covid-19 dengan gejala ringan.
– Upaya 3T terus berjalan. Pemkot mengajak seluruh ASN melakukan 3T.
– Kesadaran warga Surabaya terhadap vaksinasi meningkat.
– Kemampuan rumah sakit dalam penanganan pasien Covid-19 kian mumpuni.