JawaPos.com – PT Bukalapak.com Tbk (BUKA) resmi mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia (BEI) melalui pencatatan saham perdana (Initial Public Offering/IPO). Pada pelaksanaan penawaran umum perdana saham (IPO) ini, Bukalapak menjadi emiten ke-28 tahun ini.
Dalam debut perdananya, harga saham BUKA langsung menguat sebesar 24,7 persen atau mentok di batas atas titik autorejection pada level Rp 1.060 per saham dari harga yang ditawarkan Rp 850 per lembar, dengan volume transaksi sebanyak 30 juta lot. Sehingga, nilai transaksi di awal perdagangan hari ini tercatat senilai Rp 318 miliar.
Bukalapak menawarkan saham kepada publik sebanyak 25.765.504.800 lembar bernilai nominal Rp 50 per saham atau setara dengan 25 persen dari modal ditempatkan dan disetor penuh setelah IPO. Dalam aksi korporasi ini perusahaan e-commerce mampu meraup dana segar sebanyak Rp21,9 triliun.
Manajemen BUKA menunjuk PT Mandiri Sekuritas dan PT Buana Capital Sekuritas sebagai penjamin pelaksana emisi Efek (Joint Lead Managing Underwriters).
Direktur Utama Bukalapak, Rachmat Kaimuddin mengatakan, pihaknya telah menyelesaikan proses penawaran awal (bookbuilding) dan roadshow pada 9-19 Juli 2021 dan penawaran umum pada 27-30 Juli 2021. Sebagai hasil dari antusiasme yang besar dari para investor publik, kata Rachmat, tercatat jumlah pemesanan yang tinggi (melalui metode pooling allotment) mencapai Rp 4,8 triliun.
“Kami sangat bersyukur bahwa proses IPO dapat berjalan dengan baik sesuai rencana. Hari ini di bulan yang sangat baik bagi bangsa Indonesia Bukalapak secara resmi tercatat di BEI,” ujarnya, Jumat (6/8).
Selain itu, Bukalapak menambah porsi pooling allotment bagi investor ritel, yang semula 2,5 persen menjadi 5 persen dari total pemesanan yang tersedia. Oleh karena itu, nilai dari saham yang dialokasikan untuk porsi pooling allotment bagi investor retail naik dari yang sebelumnya Rp 547,5 miliar menjadi sekitar Rp 1,1 triliun.
“Walaupun IPO Bukalapak dilakukan di tengah berlangsungnya pandemi Covid-19, minat terhadap saham Bukalapak tetap tinggi,” tuturnya.
Pada kesempatan yang sama, Direktur Utama BEI, Inarno Djajadi mengatakan, momen ini merupakan sebuah tonggak sejarah dan era baru bagi BEI, karena untuk pertama kalinya sebuah perusahaan startup teknologi unicorn secara resmi mencatatkan sahamnya di BEI.
Selain itu, kata Inarno, dengan jumlah dana yang berhasil dikumpulkan sebesar Rp 21,9 triliun, maka menjadikan IPO Bukalapak sebagai yang terbesar dalam sejarah bursa saham di Indonesia. “Kami berharap, langkah Bukalapak ini akan diikuti perusahaan-perusahaan teknologi lain, guna semakin meningkatkan kapitalisasi pasar modal Indonesia,” katanya.
Adapun dana hasil IPO tersebut akan digunakan untuk mendanai kebutuhan modal kerja. Adapun rinciannya adalah, sebesar 66 persen dialokasikan kepada Bukalapak dan sebesar 34 persen dialokasikan untuk kebutuhan modal kerja entitas anak.
Entitas anak Bukalapak, diantaranya, PT Buka Mitra Indonesia (BMI) akan memperoleh sebesar 15 persen dan PT Buka Usaha Indonesia (BUI) juga sebesar 15 persen. Sedangkan, sebesar 4 persen akan dialokasikan kepada PT Buka Investasi Bersama (BIB), PT Buka Pengadaan Indonesia (BPI), Bukalapak Pte Ltd dan PT Five Jack yang masing-masing mendapatkan 1 persen.