JawaPos.com – Peraih perak angkat besi nomor 61kg Olimpiade Tokyo 2020, Eko Yuli Irawan, mengaku masih penasaran untuk dapat membawa pulang medali emas dari ajang multievent dunia itu, dikutip dari Antara.
Pria kelahiran Lampung itu sebelumnya telah mengoleksi tiga medali dari tiga Olimpiade berbeda, yakni meraih perunggu pada kelas 56kg (Beijing 2008) dan kelas 62kg (London 2012), serta medali perak 62kg di Rio de Janeiro 2016.
“Kalau penasaran ya pasti penasaran ya. Tapi kan kita lihat perjalanan ke sana dari segi usia tidak muda lagi, tapi memang kalau semangat masih ada,” kata Eko dalam siaran langsung Instagram Antara Ngobrol Bareng, Kamis (5/8).
“Untuk target ke depan kita lihat perjalanannya ke sana, jadi nggak bisa sekarang. Yang pasti tahun depan kita coba di SEA Games-nya dulu, dan kualifikasinya juga, karena untuk bisa terjun ke Olimpiade juga kualifikasinya,” kata Eko.
Eko mengaku bermimpi mendapatkan emas Olimpiade sejak awal masuk Pemusatan Latihan Nasional atau Pelatnas.
Dia menyebut mimpi tersebut mendorong dirinya berkompetisi dengan baik pada level nasional, Asia Tenggara maupun SEA Games, hingga akhirnya lolos Olimpiade.
Mimpi tersebut dia tanamkan dalam hati karena tidak ingin pulang usai berkompetisi dengan tangan hampa tanpa medali.
“Kenapa saya menargetkan emas, di hati saya sendiri, karena kalau emas hilang pun kita masih dapat peraknya, jadi dari diri saya sendiri kita pasang target setinggi mungkin dan kita kejar itu,” kata Eko.
Terlebih, menurut Eko, angkat besi adalah cabang olahraga terukur yang dapat mengetahui angka yang dicetak juara dunia dan dapat dibandingkan dengan prestasi saat latihan, sehingga dapat mengetahui patokan angka yang ingin dicapai.
“Jadi untuk menentukan target agak lebih mendingan dibandingkan olahraga yang lain sebenarnya. Cuma, persiapannya, perjuangannya, beratnya pasti sama, sama dengan olahraga yang lain,” kata Eko.
Kisah perjuangan Eko dalam meniti karier sebagai atlet angkat besi diangkat ke dalam sebuah film pendek berjudul Eko Yuli Irawan The Movie yang berdurasi 10,25 menit.
Eko mengungkapkan bahwa ide tersebut datang dari SFIDN FITS, apparel olahraga, yang telah menyiapkan lagu-lagu atau soundtrack dan kemudian berkembang untuk dirangkai dalam sebuah cerita.
“Secara tidak langsung saya hanya menceritakan, bisa dibilang kisah perjalanan saya dari awal sampai tembus Olimpiade sampai ke kejuaraan dunia,” kata Eko.
“Bisa dibilang itu masih singkat, perjalanan awal latihan sampai ke pelatnas, dari situ lompatnya dari Olimpiade ke Olimpiade,” kata dia menambahkan.