JawaPos.com – Industri kelapa sawit telah menjadi salah satu motor penggerak perekonomian nasional. Baik di hulu maupun hilir, mereka mampu menunjukkan kinerja solid, termasuk pada masa pandemi Covid-19.
Ekonom senior Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Fadhil Hasan menyatakan bahwa ketika ekonomi Indonesia tertekan akibat pandemi, industri sawit menjadi penopang ekonomi melalui kontribusi ekspor.
“Di sektor hilir, sawit juga menggerakkan industri makanan, oleochemical, hingga biofuel untuk sektor transportasi,” ujarnya dalam diskusi Industri Hilir Sawit Nasional dan Tantangan Keberlanjutan yang dilakukan secara virtual Rabu (4/8).
Kontribusi maupun potensi besar pengembangan industri sawit di Indonesia juga diikuti dengan tantangan besar. Fadhil menyebutkan, isu keberlanjutan atau sustainability menjadi tantangan utama industri sawit saat ini.
“Dalam satu dekade terakhir, industri sawit Indonesia telah mengalami transformasi signifikan. Dengan komitmen keberlanjutan akan terus berkembang,” tambahnya.
RGE Indonesia Palm Business and Sustainability Director Bernard A. Riedo menambahkan bahwa komitmen keberlanjutan dalam operasional industri sawit merupakan sebuah keharusan. “Karena itu, aspek keberlanjutan menjadi inti transformasi positif dalam rantai pasok industri sawit RGE Indonesia,” bebernya.
Melalui Asian Agri di sektor hulu dan Apical di sektor hilir, RGE Indonesia merupakan salah satu grup produsen dan eksportir terbesar kelapa sawit di tanah air. Pasar ekspornya menjangkau lebih dari 30 negara di lima benua.
Komitmen dan praktik keberlanjutan membuat RGE Group dipercaya menjadi pemasok bahan baku oleh raksasa global seperti Unilever, Nestle, P&G, dan Kao. Sustainability Director of Apical Group Bremen Young menambahkan bahwa daya saing sawit yang jauh lebih tinggi daripada minyak nabati lain membuat tuntutan terhadap aspek keberlanjutan juga begitu tinggi, baik dari pasar global, pemerintahan, maupun pemerhati lingkungan.
Karena itu, lanjut Bremen, Apical Group menerapkan metodologi pendekatan keberlanjutan untuk memastikan transparansi dan keterlacakan (traceability) sumber pasokan minyak sawit. “Kami ingin memastikan pasokan berasal dari perkebunan yang menjalankan prinsip keberlanjutan, antara lain, melalui perlindungan area konservasi, perlindungan lahan gambut, serta memberikan dampak positif pada masyarakat di sekitar wilayah operasi,” katanya.
Bremen menyebutkan, pelaksanaan komitmen tersebut membuat produk Apical bisa diterima di pasar internasional dan memasok ke Eropa, Amerika, Asia, Australia, hingga Afrika. Inovasi untuk memastikan keberlanjutan juga terus dijalankan perusahaan.
“Di antaranya, melalui pemanfaatan teknologi satelit untuk monitoring dan platform untuk verifikasi sumber pasokan,” urainya.
Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) menegaskan bahwa pihaknya mendukung program kemitraan antara petani dan pengusaha sawit. Sejumlah langkah aktif telah dilakukan Gapki agar kemitraan tersebut dapat terbangun dengan cepat dan efektif.
Direktur Eksekutif Gapki Mukti Sardjono menyebutkan bahwa salah satu bentuk dukungan serius tersebut adalah membentuk Satuan Tugas (Satgas) Percepatan Peremajaan Sawit Rakyat (PSR) Gapki. Pihaknya juga melibatkan seluruh cabang Gapki di Indonesia.
TREN EKSPOR CPO INDONESIA
Periode | Volume Ekspor (ribu ton) | Nilai Ekspor (USD miliar)
Mei | 2.952 | 3.063
April | 2.636 | 2.664
NEGARA TUJUAN DENGAN KENAIKAN EKSPOR TERTINGGI
Negara | Peningkatan (ribu ton)
Pakistan | 265,5
Afrika | 243,2
Timur Tengah | 154,7
Sumber: Gapki