Ketekunan dapat mengantarkan menuju keberhasilan. Itulah pengalaman Anharu Wikotama dan kawan-kawannya. Berawal dari tugas kuliah, mahasiswa Universitas Negeri Surabaya (Unesa) itu kini merintis usaha start-up. Cukur rambut di rumah.
SHABRINA PARAMACITRA, Surabaya
ON Demand Ramah Disabilitas, Lansia, dan Balita (Omah Dilit) namanya. Ya, tahun lalu ide membuat usaha itu sebatas kewajiban untuk mengumpulkan tugas kuliah. Pihak kampus meminta para mahasiswa untuk membuat usaha yang sesuai dengan visi dan misi Unesa. Di antaranya, menjadi kampus yang ramah terhadap penyandang disabilitas.
Anharu yang kini menjadi chief executive officer (CEO) Omah Dilit mempunyai ide untuk membuat usaha layanan cukur rambut di rumah.
Ide itu berawal dari pengalaman pribadinya yang kesulitan mendapatkan layanan cukur rambut saat pandemi. ’’Kalau pandemi begini kan agak takut mau cukur rambut. Kalau cukur rambutnya bisa dilakukan di rumah dengan protokol kesehatan yang ketat, rasanya kan lebih aman,” katanya.
Ide itu lantas dia konsultasikan dengan dosen pembimbingnya, Citra Fitri Kholidiya. Ide dan proposal tersebut disambut dengan baik meski banyak revisi di sana-sini. Dalam pengerjaannya, Anharu mengajak teman-temannya yang sama-sama dari fakultas ilmu pendidikan (FIP), Emylia Ferlina dan Yasmin Irza.
Anharu, Emylia, dan Yasmin sama-sama berkuliah di jurusan kurikulum dan teknologi pen_didikan. Namun, karena layanan cukur tersebut akan menjadi aplikasi, tentunya dibutuhkan banyak asistensi di bidang teknologi. Untuk itu, Anharu mengajak teman-temannya dari fakultas teknik. Mereka adalah Muhammad Naufal dan Esa Dandy Alfriansyah. Keduanya adalah mahasiswa jurusan teknik informatika.
Berbagai pengembangan pun dilakukan. Mulai perencanaan target konsumen, model usaha, penetapan harga, hingga fitur-fitur dalam aplikasi dirancang. ’’Dulu awalnya saya cari mitra tukang cukur di dekat rumah saya di Sidoarjo. Namanya Mas Gilang. Habis saya cukur di sana, langsung saya tawari untuk gabung di Omah Dilit,” papar Anharu.
Anharu memang hanya berfokus pada tukang cukur maupun barbershop skala mikro. Dia tak hendak menggandeng usaha cukur rambut yang sudah cukup besar dan maju. Dia ingin menyasar mitra usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) agar mendapat manfaat yang lebih dengan bergabung di Omah Dilit.
Dia menawarkan skema bagi hasil berupa komisi 5 persen bagi Omah Dilit dan 95 persen keuntungan diperuntukkan mitra tukang cukur. ’’Waktu awal meyakinkan mitra itu ya susah juga. Mereka banyak tanya ini-itu. Kita persuasi mereka tentang cara mendapatkan penghasilan tambahan. Mereka akhirnya mau,” jelas mahasiswa semester VI itu.
Beberapa mitra pun berhasil digandeng. Konten media sosial diperkuat. Kampanye layanan kepada penyandang disabilitas, lansia, dan balita digaungkan. Konsumen di segmen itu, kata Anharu, memang sangat membutuhkan layanan cukur rambut yang bisa datang ke rumah. Sebab, tidak semua penyandang disabilitas dan lansia mudah pergi keluar rumah. Kesulitan justru dialami ketika ingin menggaet konsumen mahasiswa. Pasalnya, kampus-kampus belum menyelenggarakan kuliah tatap muka.
Namun, usaha pengembangan Omah Dilit tetap dilakukan. Dengan bantuan koneksi dari timnya, Anharu berhasil menggandeng PT Ruang Digital Kreatif sebagai mentor dan investor. ’’Saya tertarik karena usaha ini unik dan belum pernah ada. Selain itu, dia juga ada kampanye layanan untuk disabilitas,” kata CEO Ruang Digital Kreatif Rama Syaiful Arif.
Baca Juga: Warga yang Ancam Bakar RSUD BDH Minta Maaf
Dalam kerja sama tersebut, Rama membantu tim Omah Dilit dalam penyederhanaan alur sistem pada perancangan aplikasi. Penambahan jenis fitur, pengembangan bisnis, dan pemasaran diarahkan dan dibantu secara langsung oleh Rama dan tim Ruang Digital Kreatif.
Omah Dilit telah meraih beberapa penghargaan, yakni Program Mahasiwa Wirausaha Unesa 2020 dan Akselerasi Start-Up Mahasiswa Indonesia 2021 Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.