JawaPos.com–Penutupan jalan sebagai bagian dari aturan penerapan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) level 4 dikeluhkan sopir angkot di Surabaya. Masa PPKM level 4 akan dilanjutkan sampai Senin (9/8).
Dari pantauan JawaPos.com di beberapa jalan, tidak ada angkot yang lewat. Bahkan, di Terminal Joyoboyo di kawasan Wonokromo, Kota Surabaya, sejumlah angkutan umum, mulai angkot hingga bus tampak lengang.
Penutupan jalan membuat pendapatan mereka kian merosot lantaran sepi penumpang. Salah satunya dialami sopir angkot bernama Tuwono, 39. Dia mengaku sangat terdampak. Selama PPKM hanya mendapatkan sekitar 30 ribu rupiah per hari.
”Tidak ada kenaikan tarif pada masa sulit ini. Per penumpang masih dikenakan tarif sebesar 5 ribu rupiah,” ujar Tuwono pada Selasa (4/8).
Pendapatan itu langsung habis untuk mengisi bahan bakar angkotnya. Untuk makan, dia mengaku terpaksa ngutang ke beberapa warung langganannya.
”Sehari dapat Rp 30.000, buat makan utang dulu,” ucap Tuwono.
Kondisi itu dirasakan sejak masa awal pandemi 2020. PPKM diakuinya mampu menekan angka Covid-19. Namn pada saat yang sama, mencekik kehidupan masyarakat kecil termasuk dirinya.
”Ini (Covid-19) dampaknya luar biasa, kita mengharap rupiah kan dari jalanan, di jalan gak ada orang (penumpang),” beber Tuwono.
Penutupan beberapa ruas jalan di Kota Pahlawan menjadi salah satu faktor sepinya penumpang. Ali Arrushy, 59, mengakui hal tersebut. PPKM membuat penumpang makin sepi. Penutupan ruas jalan membuat makin putus asa.
”Saya keberatan dengan kebijakan PPKM level 4 dan penutupan jalan. Nggak ada penumpang,” tutur Ali.
Menurut dia, kebijakan penutupan beberapa ruas jalan tak hanya menghambat sopir angkot, tapi juga masyarakat lain. ”Warga luar kota tidak bisa masuk. Ini (angkot) menanti penumpang,” ujar Ali.
Dia berharap penutupan jalan tidak dilakukan. Tapi, menerapkan protokol kesehatan (prokes) secara ketat yang wajib dilakukan. ”Penutupan jalan tidak perlu diperpanjang, yang penting prokesnya saja yang diperketat,” ucap Ali.