Ini Impian Besar Saya dan Teman-Teman, Kini Hilang

Sedih, kecewa, marah. Keluarga para penggawa timnas U-20 berusaha keras menenangkan, tapi masih sulit bagi mereka move on dari lenyapnya kesempatan yang diimpikan semua pemain muda di dunia.

TAUFIQ A., JakartaFARID S.M.-BAGUS P.P., Surabaya

JANGAN ditanya apa yang sudah dikorbankan Hokky Caraka demi bisa membela Indonesia di Piala Dunia U-20.

Ditempa latihan keras dalam pemusatan latihan jangka panjang; meninggalkan klubnya, PSS Sleman, yang tengah berjuang di Liga 1; serta harus berpisah dari keluarga dalam waktu lama.

Itu masih ditambah menjalani sekian uji panjang dan turnamen. Kalah, menang. Mengalami cedera, menjalani penyembuhan.

Jadi, bisa dibayangkan betapa remuk hati Hokky saat mendengar FIFA secara resmi mencabut hak Indonesia menjadi tuan rumah Piala Dunia U-20 tahun ini. Yang otomatis menghilangkan kesempatan Garuda Nusantara –julukan timnas U-20 Indonesia– yang lolos via jalur tuan rumah.

’’Pemain yang main di Liga Inggris atau mana pun pasti bercita-cita membela negaranya di Piala Dunia,’’ ujar Hokky kemarin (30/3).

FIFA menyebut ’’kondisi terkini” sebagai penyebab dicabutnya jatah tuan rumah Indonesia. Tanda-tanda pencabutan itu sudah terlihat saat FIFA membatalkan drawing yang semestinya berlangsung di Bali hari ini setelah gubernur provinsi tersebut, I Wayan Koster, mengirim surat yang menolak timnas Israel bertanding di wilayahnya. Penolakan serupa juga disampaikan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, yang rupanya didukung penuh oleh partai dari mana dua gubernur itu berasal, PDI Perjuangan. Ada total sekitar 11 kelompok/perorangan yang tercatat menolak kedatangan timnas U-20 Israel.

Suasana Lagoon Resto Hotel Sultan, Jakarta, tempat dihelatnya pertemuan para penggawa timnas U-20 dengan Wakil Ketua Umum PSSI Zainudin Amali kemarin pun menjadi saksi bisu atas kesedihan seluruh personel skuad Garuda Nusantara. Semua lesu. Menunduk.

’’Nggak semudah itu move on dari Piala Dunia U-20,’’ ungkap Hokky. ’’Tapi, orang tua saya berusaha menenangkan supaya saya tidak terlalu down,” lanjutnya.

Nun di Deinze, Belgia, sana, Marselino Ferdinan, salah seorang bintang timnas U-20, tak kalah terpukul. Dia menumpahkan kemarahan di media sosial. Di antara cuitan pemain 18 tahun itu bahkan ada yang mengajak ’’duel’’ mereka yang menolak kehadiran timnas U-20 Israel. Penolakan yang buntutnya telah menyebabkan FIFA mencabut jatah tuan rumah Indonesia.

’’Ya pasti sangat kecewa karena kami sudah melakukan persiapan sangat lama. Sampai bertahun-tahun. Ini mimpi besar saya, mimpi besar teman-teman saya. Tapi, sekarang hilang begitu saja,’’ ujar gelandang KMSK Deinze itu melalui pesan WhatsApp kepada Jawa Pos pada Rabu (29/3) malam WIB.

Bagi Marsel, batalnya Indonesia jadi tuan rumah membuatnya seperti orang linglung. ’’Wes! Aku nggak bisa berkata-kata lagi, Mas,’’ jelas pemain yang kini membela tim Liga 2 Belgia, KMKZ Deinze, tersebut.

Begitu kabar buruk itu datang, Marsel langsung mendapat telepon dukungan dari berbagai pihak. Terutama dari keluarganya di Surabaya, termasuk sang kakak, pemain PSIS Semarang Oktafianus Fernando.

Dukungan keluarga itulah yang bisa sedikit meredam emosi Marsel. ’’Intinya, saya diminta oleh keluarga untuk fokus dan kerja keras selama bermain di Belgia,’’ ungkap pemain kelahiran 9 September 2004 itu.

Marsel sadar, dirinya baru bergabung dengan KMKZ Deinze. Masih harus memberikan bukti kepada klub barunya bahwa dirinya layak bergabung. Tidak sekadar jadi penghangat bangku cadangan. ’’Yang pasti saya akan kerja keras untuk terus berkembang,’’ tegasnya.

Kadek Arel Priyatna mengaku tak kuasa menahan tangis begitu mendengar kabar pencabutan status tuan rumah Indonesia. ’’Perasaan kami tentu sangat sedih dan kecewa. Kami sudah berlatih bersama sekitar dua tahun. Kejadian ini membuat mimpi kami terkubur,’’ ujar bek tengah Bali United itu.

Kadek meluapkan kekecewaannya dengan mengenakan pita hitam di lengan kanan. Pita hitam itu dia pakai saat menjadi narasumber di sebuah media nasional. ’’Ini simbol dukacita terhadap Piala Dunia U-20 yang batal. Kami berharap para suporter juga bisa menggunakannya (pita hitam),’’ ajak pemain 17 tahun tersebut.

Yang lebih menyakitkan bagi Kadek, pembatalan Piala Dunia U-20 salah satunya disebabkan penolakan dari Gubernur Bali I Wayan Koster terhadap timnas U-20 Israel. ’’Jujur saya kaget. Kepala daerah saya sendiri yang menolak Israel. Seharusnya itu kan bisa menambah wawasan wisatawan tentang Bali di mata dunia,’’ tegasnya.

Hugo Samir mengaku bahkan tak cuma menangis. ’’Saya menangis sekali,” kata putra pelatih Jacksen F. Tiago itu.

Beruntung, pada Rabu malam lalu, sang ayah langsung menghubungi. Jacksen meminta sang anak tidak larut dalam kesedihan.

’’Papa bilang tetep tenang dan fokus, jangan berlarut-larut sedihnya, karena akan ada hal yang lebih baik setelah ujian ini,’’ kenangnya.

By admin