JawaPos.com–Gubernur Bali Wayan Koster menegaskan tidak menolak Piala Dunia U-20, melainkan hanya menyampaikan penolakan kehadiran Timnas Israel bertanding di Bali. Hal itu didasarkan atas prinsip terkait kemanusiaan.
Koster menyampaikan, ada alasan yang menjadi dasar penolakan kehadiran Timnas Israel bertanding di Pulau Dewata. Yakni untuk menghormati konstitusi UUD Negara Republik Indonesia 1945 khususnya dalam pembukaan alinea kesatu, bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan.
”Prinsip ini dipegang teguh oleh Bung Karno sebagai Bapak Bangsa,” ujar Koster seperti dilansir dari Antara.
Selain itu menurut dia, Israel menjajah Palestina berpuluh-puluh tahun lamanya, yang tidak menghormati kedaulatan dan kemanusiaan Palestina. Hal itu tidak sesuai dengan garis politik Bung Karno. Alasan lain karena Indonesia tidak memiliki hubungan diplomatik dengan Israel.
Koster menyatakan, pihaknya dengan penuh hormat melaksanakan prinsip dan ideologi yang digariskan Bung Karno sebagai Proklamator Kemerdekaan Republik Indonesia. Hal tersebut merupakan prinsip yang harus dipegang teguh dengan kokoh serta harus disuarakan dan disampaikan kepada masyarakat luas.
Koster menambahkan, mencermati secara seksama, kehadiran tim Israel pada Piala Dunia U-20 telah menimbulkan pro dan kontra di Indonesia terkait dengan konflik Israel-Palestina, terutama setelah terjadi perubahan pemerintahan di Israel oleh sayap kanan yang begitu keras terhadap Palestina.
”Hal ini sangat berpotensi menjadi ancaman dan gangguan keamanan di Bali, baik ancaman bersifat terbuka dan tertutup,” ucap Koster.
Kehadiran Timnas Israel di Bali, lanjut dia, berpotensi menjadi sasaran dari berbagai pihak yang bisa membahayakan keamanan dan keselamatan masyarakat Bali, masyarakat Indonesia, serta timnas Israel selama bertanding di Bali.
Koster menyatakan tidak mentolerir terhadap potensi gangguan keamanan dan keselamatan masyarakat Bali yang lebih lanjut akan berdampak luas atas kerja keras semua pihak selama ini. Terutama dalam upaya pemulihan pariwisata dan perekonomian Bali, sehingga baru bisa pulih dan bangkit kembali pasca pandemi Covid-19.
Menurut dia, Bali merupakan Pulau Dewata yang menjadi pusat spiritual. Kedamaian dan kemanusiaan dikedepankan, yang harus dijaga dengan sebaik-baiknya.
”Sebagai pencinta bola, saya sebagai Gubernur Bali sesungguhnya sangat mengharapkan Dunia FIFA U-20 juga dilaksanakan di Bali, namun event ini tidak bisa dipisahkan dari prinsip kemanusiaan, sebagaimana diamanatkan konstitusi dan Bung Karno,” ujar Koster.
Oleh karena itu, Koster menyatakan, tidak berharap atas keputusan FIFA yang membatalkan Piala Dunia U-20 di Indonesia.
”Mengenai sikap penolakan saya atas kehadiran timnas Israel dalam Kejuaraan Dunia FIFA U-20 di Bali, merupakan wujud tanggung jawab saya sebagai Gubernur Bali, yang saya pertanggungjawabkan secara niskala-sakala (rohani-jasmani), karena didasarkan pada hal yang prinsip terkait kemanusiaan,” terang Koster.
”Keputusan FIFA yang membatalkan Indonesia menjadi tuan rumah Dunia FIFA U-20, menjadi pelajaran yang sangat penting dalam membangun kesadaran bahwa sepak bola Indonesia harus dibangun sebagai bagian supremasi Indonesia, dan hal tersebut harus menyeluruh,” ujar Koster.
Dia mengajak masyarakat Bali untuk mendoakan bersama agar FIFA tergerak hatinya untuk tetap berlaku adil dengan mencoret timnas Israel dalam Piala Dunia U-20, sama dengan sikapnya ketika mencoret Timnas Rusia dalam Kejuaraan Dunia FIFA Tahun 2022 di Qatar.
”Mari kita terus dukung bersama upaya memajukan sepak bola Indonesia dengan tetap menjunjung nilai-nilai kemanusiaan, perdamaian, dan keamanan,” ucap Koster.