JawaPos.com – Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto meminta agar publik tidak saling menyalahkan terkait dengan pembatalan Indonesia menjadi tuan rumah untuk Piala Dunia U-20. Menurut Hasto, menolak timnas Israel datang ke Indonesia adalah bagian dari sikap meneruskan sejarah yang pernah dilakukan presiden pertama Soekarno saat menolak kedatangan Israel di Asian Games 1962.
Hasto mengenang bagaimana Stadion Gelora Bung Karno menjadi saksi sejarah presiden pertama Republik Indonesia Soekarno menyatakan sikapnya dalam menolak Israel.
“Justru dengan menolak Israel itu, kita punya Gelora Bung Karno yang begitu megah dan besar ini,” ucapnya, dikutip dari ANTARA, Kamis (30/3).
Hasto menegaskan bahwa konsistensi PDI Perjuangan dalam membela Palestina serta meminta kepada masyarakat untuk menegakkan aspek kemanusiaan. “Maka marilah berbagi kesedihan yang ada. Kita jadikan sebagai energi kebangkitan kita,” ucap Hasto.
Berdasarkan pemberitaan sebelumnya, Federasi Sepak Bola Dunia (FIFA) mencoret Indonesia sebagai tuan rumah Piala Dunia U-20 setelah Presiden FIFA Gianni Infantino melakukan pertemuan dengan Ketua Umum PSSI Erick Thohir di Doha, Qatar, Rabu (29/3).
“Menyusul pertemuan hari ini antara Presiden FIFA Gianni Infantino dan Ketua Umum PSSI Erick Thohir, FIFA telah memutuskan, dengan mempertimbangkan situasi terkini, untuk membatalkan Indonesia sebagai tuan rumah Piala Dunia U-20 2023,” demikian pernyataan FIFA yang disampaikan melalui laman resminya.
Merespons pernyataan FIFA, media sosial pun diramaikan oleh amarah publik yang menyalahkan pihak-pihak penolak kehadiran Israel.
Oleh karena itu, sebagai salah satu pihak yang paling vokal dalam menyuarakan penolakan, PDI Perjuangan mengajak masyarakat untuk menjadikan pengalaman ini sebagai energi pemulihan dan menggembleng anak-anak bangsa untuk menjadi tim sepak bola yang andal.
“Kita jadikan ini sebagai energi pemulihan, bagaimana kita menggembleng anak-anak bangsa dari dini untuk menjadi tim sepak bola yang andal, berdisiplin, yang militan, yang punya suatu kekuatan moral, yang punya kemampuan teknik-teknik yang hebat,” ujar Hasto.