JawaPos.com – Toleransi beragama warga Perumahan Royal Residence, Wiyung, terbilang tinggi. Enam rumah ibadah berdiri berdampingan di lokasi tersebut. Mulai masjid, pura, kelenteng, wihara, hingga gereja Protestan dan Katolik. Meski berbeda keyakinan, mereka tetap rukun dalam menjalani kehidupan.
Mereka saling menghargai serta menghormati satu sama lain. Saat Ramadan ini misalnya. Selama bulan suci, kegiatan ibadah di Masjid Muhajirin semakin intens.
Selain menjalankan salat lima waktu dan Tarawih, kegiatan tadarus semakin gencar dilakukan. Agar tidak mengganggu umat beragama lain, berbagai kebijakan anyar diterapkan pengelola masjid.
Sebagai bentuk saling menghargai, umat Islam akan menggunakan sound luar saat azan saja. Begitu pun sebaliknya.
Untuk iqamah dan salat berjemaah, pengurus masjid hanya akan menyalakan sound ruangan. Itu bertujuan untuk menghargai umat lain yang memiliki waktu bersamaan saat ibadah.
Banyak jemaah yang memanfaatkan masjid itu untuk beribadah. Baik warga sekitar maupun pendatang. Meski muslim di perumahan itu termasuk minoritas, mereka masih guyub.
’’Alhamdulillah, enggak pernah ada masalah, semuanya rukun,’’ tutur Susrul, pengurus perkumpulan wanita muslim di Royal Residence.
Jemaah aktif dari warga perumahan ada 40 orang. ’’Mereka ada kegiatan rutin setiap bulan di masjid,’’ tutur Ubaidillah, pengurus Masjid Muhajirin.
Ubaidillah juga mengungkapkan, untuk makanan berat, jemaah bisa memberi di waktu dan jumlah yang bebas. Bahkan, ada donatur tetap setiap Ramadan untuk makanan berat. Diperkirakan, ada sekitar 200 nasi kotak dengan kurma dan minuman setiap hari. Siapa pun yang membutuhkan bisa mengambil, lalu menyantapnya.
Tak terkecuali umat agama lain yang membutuhkan. ’’Pengurus wihara juga kadang datang untuk ambil (takjil),’’ jelas Ubaidillah.