JawaPos.com – Kapasitas rumah sakit yang penuh membuat pasien Covid-19 terpaksa harus melakukan isolasi mandiri di rumah. Padahal bisa saja gejala yang awalnya ringan, lalu memburuk di pekan kedua. Sebagian pasien Covid-19 dilaporkan meninggal dunia saat di rumah.

Ahli Spesialis Penyakit Dalam yang juga Ketua Satgas Covid-19 Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Profesor Zubairi Djoerban menjelaskan, pada pekan kedua perburukan yang dialami pasien Covid-19 bisa beragam. Jika terlambat ditangani, maka bisa fatal.

“Pekan kedua bisa terjadi perburukan macam-macam. Ada yang perlu oksigen, saturasi oksigen rendah sekali bisa, masalah pada organ juga. Bisa dirawat di ICU kemudian juga harus pakai ventilator. Nah, kalau pakai ventilator angka kematiannya tinggi,” tegasnya kepada JawaPos.com baru-baru ini.

Dia menegaskan isoman di rumah bukan untuk pengobatan tetapi mencegah penularan. Maka disarankan adalah untuk mereka yang tak punya gejala atau gejala ringan.

“Sebetulnya isoman itu untuk mencegah penularan tapi bukan untuk pengobatan,” tegasnya. “Namun, jika ada gejala panas tinggi, sesak, kondisi buruk jangan di rumah. Sayangnya RS saat ini penuh,” katanya.

Kemudian ada penyebab lainnya, yakni pasien Covid-19 di Indonesia selama ini hanya dites swab saja. Seharusnya, kata Prof Zubairi semestinya dilakukan rontgen paru.

“Penyebab kedua, pasien isoman di Indonesia tak rutin di-rontgen paru jadi semestinya di-rontgen paru. Sehingga kalau ditemukan pneumonia harusnya diobati khusus di rumah sakit. Selama ini tidak, amat jarang dikerjakan oleh pasien isoman,” katanya.

“Karena kalau ada pneumonia harus dirawat, obatnya berbeda, tidak mungkin dirawat di rumah, kalau di rumah sakit penuh ya bisa di Wisma Atlet ataupun fasilitas yang ditunjuk pemerintah,” ungkap Prof Zubairi.

Alasan lainnya, menurutnya pasien isoman seharusnya memeriksa saturasi oksigen secara berkala dengan oksimeter. Dan hal itu juga tak rutin dilakukan oleh orang-orang yang isoman.

“Bahwa orang isoman harus beli oksimeter yang harganya tak mahal sekitar Rp 200-300 ribu. Jika saturasi sudah di bawah 90 ya harus masuk RS. Kalau penuh, ya setidaknya masuk UGD dulu untuk dapat oksigen. Atau ya kemudian terpaksa beli oksigen sendiri,” tuturnya.

Menurutnya 80 persen pasien Covid-19 memang bisa sembuh sendiri tanpa obat apapun. Namun, sebagian lagi yakni 20 persen pasien harus dirawat dengan infus dan oksigen.

“Lainnya juga memerlukan pengobatan antivirus dan perlu pula obat heparin atau obat antikoagulan sebagai pengencer darah. Namun, 80 persen memang kita ketahui gejalanya ringan, makanya banyak yang sembuh,” pungkas Prof Zubairi.

By admin