JawaPos.com ─ Fenomena umum industri di masa pandemi Covid-19 ini adalah harga bahan baku tetap, sedangkan penjualan cenderung turun. Masalah tersebut juga dialami Poniran dalam menjalankan usaha di sektor kelautan dan perikanan. Namun, semangat nasionalismenya justru mendorong pemerintah untuk kembali menggalakkan gerakan makan ikan.
Poniran Al Fahrudin nama lengkapnya. Selama 10 tahun terakhir, warga Padureso, Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah ini, telah menggeluti budidaya Ikan Nila. Dia tahu betul potensi Waduk Wadaslintang yang masuk dalam dua wilayah kabupaten, yaitu Kebumen dan Wonosobo.
Pemahamannya tentang budidaya ikan tumbuh seiring pengalaman. “Setelah berkeluarga, saya masuk perusahaan asing yang membudidaya Nila. Lalu meniru usahanya. Orang asing aja bisa, masa kita yang punya air gak bisa,” kisahnya, Selasa (3/8), saat dihubungi melalui telepon seluler.
Nasionalisme sudah sejak lama mendarah daging dalam diri pria berusia 50 tahun ini. Pengalaman ikut bekerja di perusahaan asing bukan lantas hanya kisah inspiratif semata, melainkan Ia buktikan dengan keberhasilan mengembangkan sendiri usaha budidaya ikan.
Dulu, Ia melanjutkan kisahnya, setiap pekan bisa menimbang ikan untuk dilempar ke pembeli. Banyak juragan yang mengantre hasil budidayanya. Tentu saja Ia membutuhkan modal tambahan agar bisa memperbesar usaha. Gayung bersambut, pada Oktober 2018, Ia resmi menjadi debitur dari Lembaga Pengelola Modal Usaha Kelautan dan Perikanan (LPMUKP).
Sebenarnya, dari sisi jumlah, dana bergulir yang Ia dapatkan dari badan layanan umum (BLU) di bawah Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) itu hanya Rp50 juta. Namun, Poniran tergolong pandai memanfaatkannya. Ia maksimalkan dana itu untuk membeli bibit, pakan, dan melengkapi sarana prasarana budidaya.
Bahkan, untuk memastikan kualitas, bibit dibelinya dari Klaten dan Jogja. Sedangkan pakan dari Bogor dan jaring dari Cirebon. “Iya belinya jauh, karena kualitas bagus dan terjangkau harganya,” jelasnya.
Baginya, kualitas nomor satu bila ingin mendapatkan hasil maksimal. Untung diraih, kewajiban membayar cicilan pinjaman modal bisa berjalan lancar. Poniran sangat bersyukur mendapat akses permodalan. Ia juga sangat berterima kasih kepada Darmadi yang menjadi pendamping debitur LPMUKP di wilayahnya. “Pak Darmadi bisa memberi jalan untuk usaha saya,” katanya.
Kini, tak hanya kepada pendamping LPMUKP, Poniran juga meminta kepada pemerintah agar mengimbau para juragan besar untuk bisa kembali turun memborong hasil pembudidaya. Pemerintah juga diharapkan menyediakan pakan dengan harga murah selama pandemi.
Darmadi, sebagai pendamping, lantas menyarankan Poniran untuk memperluas relasi dengan pengepul lain. “Mereka ada komunitas pembudidaya dan pengepul, jadi harapannya bisa menjual ke pengepul, selain yang sudah langganan. Harapannya dapat harga bagus, namun dengan pembayaran yang lancar,” sarannya.
Baik Darmadi maupun Poniran, berharap makan ikan terus menjadi bagian dari program pemerintah. Terutama untuk mencegah stunting pada anak-anak. Pemerintah Kebumen pernah menggalakkan menu Ikan Nila, Gurame, dan Lele yang memiliki kandungan gizi tinggi. Jika program semacam ini kembali digalakkan, tentu juga berimbas positif bagi geliat pasar ikan.