JawaPos.com–Berpuasa memiliki banyak manfaat untuk para penyandang diabetes. Salah satunya menstabilkan kadar glukosa darah.
Menurut dokter spesialis penyakit dalam subspesialis endokrinologi metabolik dan diabetes M. Ikhsan Mokoagow, ketika berpuasa, penyandang diabetes dipaksa untuk menjalani pola makan yang lebih terjaga dan teratur. Selain itu, asupan kalori yang relatif sama.
”Puasa juga membantu mengatur peningkatan kadar glukosa dan insulin dalam tubuh,” kata Ikhsan, yang berpraktik di RS Pondok Indah, Puri Indah itu.
Dia menuturkan, salah satu ibadah wajib yang dilakukan umat Islam saat Ramadan itu dapat mengurangi kadar kolesterol jahat (low-density lipoprotein cholesterol atau LDL) dalam tubuh. Itu jika ketika sahur dan berbuka, para penyandang diabetes memilih makanan dengan bijak.
”Hindari makanan sahur dan takjil berbuka puasa yang dimasak dengan teknik deep fried atau digoreng dengan banyak minyak,” terang Ikhsan.
Manfaat lain berpuasa, sambung Ikhsan, yakni menurunkan tekanan darah. Saat berpuasa, tubuh akan mengurangi produksi hormon tertentu seperti hormon adrenalin yang menjadi penyebab meningkatnya tekanan darah.
”Puasa juga membantu meningkatkan sistem kekebalan tubuh. Ketika berpuasa, tubuh akan mendaur ulang sel imun yang tidak diperlukan, terutama sel-sel yang sudah rusak, sehingga sistem kekebalan tubuh pun diperbarui kembali,” terang Ikhsan.
Namun, dia menambahkan, apabila penyandang diabetes ingin berpuasa, sebaiknya memeriksa sejumlah hal. Salah satunya kategori risiko. Stratifikasi risiko merupakan aspek penting dari semua rekomendasi diabetes dan Ramadan.
”Berdasar pedoman dari International Diabetes Federation – Diabetes and Ramadan (IDF-DAR) 2021, ada tiga kategori stratifikasi risiko berpuasa Ramadan pada penyandang diabetes yakni tinggi, sedang, dan rendah,” papar Ikhsan.
Dia menjelaskan, pada risiko tinggi, ada kemungkinan berpuasa menjadi tidak aman. Lalu pada risiko sedang, ada kemungkinan berpuasa menjadi kurang aman. Sementara pada risiko rendah, ada kemungkinan berpuasa aman.
Sistem penilaian dirancang dengan mempertimbangkan berbagai faktor yang dianggap memengaruhi puasa. Untuk individu tertentu, setiap elemen risiko harus dinilai dan dihitung skornya.
”Jadi, apabila seseorang termasuk dalam kategori yang tidak direkomendasikan dan tidak dianjurkan untuk berpuasa, ada baiknya untuk tidak memaksakan diri,” ucap Ikhsan.
Di samping itu, sambung dia, penyandang diabetes disarankan untuk membatalkan puasa jika kadar gula darah kurang dari 70 mg/dL dan lebih dari 300 mg/dL, kemudian ada gejala-gejala hipoglikemia (kadar gula darah terlalu rendah), dehidrasi, atau penyakit akut lain.
Dia mengingatkan, agar pemantauan gula darah dilakukan dengan lebih ketat untuk mencegah komplikasi selama berpuasa.