JawaPos.com – Aktivitas pushback jamak ditemui di bandar udara (bandara). Tidak terkecuali di Bandara Internasional Juanda. Hingga Selsa (28/3) prosedur mendorong mundur pesawat dari posisi parkir masih dilaksanakan. Pesawat perlu dimundurkan karena sebagian besar tempat parkirnya menghadap ke gedung terminal bandara atau daerah yang tidak dapat dilalui pesawat.
Untuk itu, pesawat perlu didorong mundur dengan alat eksternal seperti mobil pendorong. Dikemudikan oleh seseorang yang kerap disebut operator pushback car. Dari posisi parking stand menuju taxiway, pesawat harus didorong mundur oleh pushback car. Meski kecil, kendaraan itu mampu mendorong beban hingga lebih lima ribu ton.
Dalam prosedur tersebut, bukan hanya soal kekuatan yang diandalkan. Tapi, juga ketepatan dalam pengoperasian. ’’Operator pushback ini orang-orang khusus,’’ kata Supervisor Ground Support Equipment Lion Air Group Budi Santoso.
Mereka harus menjalani training dahulu sebelum bertugas. Dalam waktu berkala, mereka juga wajib meng-upgrade kemampuan. Sebab, bukan hanya insting yang dibutuhkan. Tapi, juga ketepatan dalam setiap proses pushback.
Saat didorong, kendali pesawat sepenuhnya berada di operator pushback car. Selain pengemudi pendorong, ada seorang teknisi, mekanik atau ground handler, awak darat yang berkomunikasi dengan penerbang melalui intercom dan headset. Ground handler meneruskan pesan dari pilot kepada pengemudi pushback car. Sekaligus memastikan semua proses berjalan sesuai standard operating procedure (SOP).
Pesawat mundur, roda depan harus berada di garis kuning. Jika tidak, pesawat bisa keluar jalur atau bersenggolan dengan pesawat lain. Budi menyatakan, mendorong pesawat agar tetap di markah itu membutuhkan keterampilan khusus. Apalagi saat hujan deras.
Garis kuning sering tertutup air. Jarak pandang pun terbatas sehingga perlu kecermatan. ’’Operator ini istilahnya sebagai penuntun pesawat. Lancar tidaknya menuju taxiway bergantung mereka,’’ lanjut Budi.
Plt Kepala Kantor Otoritas Bandar Udara Wilayah III Erwin Dwi Purnomo mengatakan, jika salah towing, bagian kaki roda depan pesawat bisa patah. Jika hal itu terjadi, maskapai bisa dirugikan. Penerbangan mereka akan delay. Belum lagi jika efek kesalahan tersebut diketahui saat sudah take off. Maka, keselamatan penumpang dan kru bisa terancam. ’’Hal sekecil apa pun tidak boleh ada kesalahan,’’ terangnya.
Kerusakan tersebut, lanjut dia, tentu menambah biaya operasional maskapai. Padahal, onderdil pesawat sangat mahal. Karena itu, semua aturan harus dilakukan operator sesuai SOP. Kendaraan mereka juga tidak boleh melebihi batas kecepatan 5 kilometer per jam.
Awal Bertugas, Lutut yang Gemetar Dipegangi Instruktur
KALI pertama bertugas menjadi operator pushback car, lutut Danang B. Pariaji gemetar. Perasaannya pun deg-degan. Kekalutan itu masih diingat sampai sekarang. Dia paham, menjadi pengemudi mobil pendorong tidaklah mudah. Salah sedikit, dampak yang ditimbulkan bisa fatal.
Sudah 10 tahun Danang –sapaan akrabnya– bekerja di area ground handling. Pria asal Malang tersebut mengatakan, menjadi operator pushback car tidak bisa tiba-tiba. Sebelum di posisi itu, setidaknya mereka harus menjadi operator towing bagasi selama setahun. ’’Setelah setahun, baru training ke pushback,’’ ucapnya Selasa (28/3).
Selama training, mereka harus didampingi instruktur. Pendampingan dilakukan sampai 150 kali mendorong pesawat. Danang menuturkan, saat kali pertama jadi operator pushback car, lututnya yang gemetar dipegangi instruktur. Dia gugup karena banyak kekhawatiran yang dipikirkan.
Menurut dia, banyak kemungkinan yang bisa terjadi selama bertugas. Semuanya memiliki risiko tinggi. Misalnya, pushback car justru terdorong balik ke pesawat karena mesin pesawat sudah hidup. Meski jarang terjadi, hal itu patut diwaspadai.
Kesalahan prosedur juga dikhawatirkan Danang. Sebab, hal itu membawa dampak fatal. Terutama pada keselamatan penumpang. Selain itu, kesalahan dapat berimbas pada biaya perbaikan yang mahal jika terjadi kerusakan pesawat.
Menurut dia, selain risiko akan kesalahan prosedur, faktor alam juga menjadi tantangan tersendiri. Misalnya, saat hujan lebat dan petir.