JawaPos.com – Sejumlah ruas jalan kian terasa padat belakangan. Di wilayah selatan, misalnya. Jalan Urip Sumoharjo dan Jalan Ahmad Yani sisi timur menjadi contoh sahih. Hampir setiap waktu terlihat volume kendaraan yang melintas cukup tinggi.
Dari pantauan, kondisinya tidak banyak berubah ketika Ramadan. Bahkan, kemacetan di Jalan Ahmad Yani cenderung terjadi lebih awal dari hari biasa pada sore hari. Maklum, sebagian besar jadwal pulang kerja maju lebih cepat.
Pakar transportasi dari ITS Machsus Fauzi menuturkan, kemacetan itu bisa lebih parah ketika akhir pekan. ’’Faktornya ya volume. Lebih tinggi karena banyak juga yang ke luar kota,’’ ujarnya Senin (27/3).
Menurut dia, tingginya volume kendaraan otomatis membuat beban di persimpangan jalan bertambah. Dampaknya, antrean kendaraan di traffic light (TL) menjadi lebih panjang. Belum lagi adanya bottleneck di bundaran Waru. ’’Lancar tidaknya di bundaran Waru,’’ ungkapnya.
Dari sudut pandangnya, diperlukan solusi nyata agar kemacetan terurai. Misalnya, membangun flyover atau jembatan layang di bundaran Dolog. ’’Memang tidak mudah,’’ ucapnya.
Di jalur itu, crossing kendaraan tergolong pelik. Baik dari sisi utara, timur, maupun arah barat. Volume kendaraannya sama-sama tinggi.Machsus mengatakan, penanganan kemacetan secepatnya harus dilakukan meski secara bertahap. Jika tidak, kemacetan yang terjadi bakal semakin parah.
Sementara itu, kemacetan di sebagian jalur di wilayah utara juga menjadi pemandangan sehari-hari. Misalnya, di Jalan Kapasan. Eka Fajar, salah seorang pengemudi ojek online, mengaku harus ekstrasabar ketika melintas di sana. ’’Dari depan, belakang, samping, pasti impitan dengan kendaraan lain,’’ ungkapnya.
Pantauan Jawa Pos, penyebab kemacetan tergolong kompleks. Mulai volume kendaraan yang memang tinggi sampai parkir liar di kedua sisi jalan. Kondisi itu membuat ruang gerak kendaraan terbatas.
Di bagian lain, ruas jalan utama Surabaya Barat cukup rentan macet. Tak hanya kawasan Mayjen Sungkono hingga Mayjen Yono Soewoyo, ruas Wiyung–Lidah Kulon juga rutin menerima kepadatan kendaraan tiap pagi dan sore hari.
Perkembangan aktivitas di Surabaya Barat memang menunjang naiknya kemacetan di area tersebut. Pengamat transportasi Benny Poerbantanoe mengatakan, penambahan ruas jalan baru bukan satu-satunya solusi. ”Kalau ada jalan baru, itu hanya memindahkan kemacetan dari ruas lama ke ruas baru,” ucapnya. Underpass Mayjen Sungkono, contohnya, yang diresmikan pada 2019 sudah rutin macet setiap jam sibuk.