JawaPos.com – Indonesia tidak bisa menolak kehadiran tim nasional U-20 Israel. Menurut guru besar hukum internasional Universitas Indonesia (UI) Hikmahanto Juwana, opsinya hanya dua: menerima atau meminta FIFA memilih negara lain. Namun, opsi kedua jelas penuh konsekuensi bagi Indonesia.
”Konsekuensi Indonesia adalah Indonesia akan masuk dalam daftar hitam event-event olahraga dunia seperti Olimpiade mengingat keberadaan Israel sebagai peserta diakui,” katanya kemarin.
Tekad Indonesia untuk memperjuangkan tanah rakyat Palestina yang saat ini diduduki Israel, lanjut Hikmahanto, tidak seharusnya dihubungkan dengan hadirnya timnas U-20 Israel yang telah lolos kualifikasi Piala Dunia U-20. Menurut dia, Indonesia bisa tetap konsisten dengan tekad tersebut meski menerima kehadiran timnas Israel untuk berlaga.
Hikmahanto menambahkan, sedikitnya ada empat alasan Indonesia tidak bisa menolak kehadiran timnas Israel. Pertama, Indonesia tidak bisa mengintervensi event yang diselenggarakan event organizer seperti FIFA. ”Pemerintah Indonesia tidak memiliki kendali tim mana yang boleh dan tidak boleh berlaga di Indonesia. Sekali menyediakan diri sebagai tuan rumah, maka Indonesia harus menerima siapa pun negara yang dinyatakan lolos kualifikasi,” jelasnya.
Alasan kedua, tidak memiliki hubungan diplomatik tidak berarti hubungan dagang, sosial, budaya, maupun olahraga tidak bisa dilakukan antara Indonesia dan Israel. ”Indonesia dengan Taiwan tidak memiliki hubungan diplomatik, namun investasi Taiwan di Indonesia termasuk yang terbesar,” ungkapnya.
Ketiga, tidak memiliki hubungan diplomatik juga tidak berarti warga dari negara tersebut tidak dapat saling berkunjung. Warga Indonesia, misalnya, kerap berkunjung ke Israel untuk dapat berziarah di Masjidilaqsa. Pun, warga Israel berkunjung ke Indonesia untuk menjalin bisnis dengan mitra mereka. ”Visa untuk berkunjung biasanya didapat dari masing-masing kedubes negara yang tidak memiliki hubungan diplomatik di negara ketiga. Seperti warga Indonesia mendapatkan visa berkunjung ke Israel dari Kedubes Israel di Mesir atau Jordania,” bebernya.
Lalu, alasan keempat, lanjut Hikmahanto, dalam memperjuangkan nasib rakyat Palestina, pihak yang dihadapi pemerintah Indonesia adalah pemerintah zionis Israel berikut kebijakannya untuk menduduki tanah Palestina. Menurut dia, pemerintah Indonesia sama sekali tidak sedang berhadapan dengan warga atau rakyat Israel yang di dalamnya tidak hanya beragama Yahudi, tetapi ada juga muslim dan kristiani.
Bukan hanya itu, dia menyampaikan, terdapat perbedaan besar saat timnas Indonesia memilih mundur ketika harus melawan timnas Israel di era kepemimpinan Soekarno. Saat itu, mundurnya Indonesia tidak memengaruhi keseluruhan perhelatan Piala Dunia. Tapi, bila saat ini Indonesia menolak timnas U-20 Israel dan mengundurkan diri sebagai tuan rumah, secara langsung akan mengganggu event reguler yang diselenggarakan FIFA.
Selain itu, Hikmahanto menegaskan, untuk PD U-20 kali ini, pemerintah Indonesia sama sekali tidak memiliki kendali. ”Karena pemerintah bukan event organizer dari Piala Dunia U-20 sehingga tidak dapat menentukan siapa timnas yang dapat berlaga,” imbuh pria yang juga bertugas sebagai rektor Universitas Jenderal A. Yani tersebut.
Sementara itu, pakar hubungan internasional dari Universitas Padjadjaran Teuku Rezasyah mengatakan, Indonesia harus segera menyatakan sikap dan memastikan tidak ada lagi pihak yang menolak kedatangan timnas U-20 Israel. Di dalam negeri, pemerintah perlu secepatnya berkomunikasi dengan semua pihak yang menolak. ”Kerugian besar untuk Indonesia kalau Piala Dunia U-20 tidak jadi dilaksanakan di Indonesia,” katanya. Pasalnya, Indonesia yang mengajukan diri.
Selain itu, Indonesia sudah memproyeksikan beberapa event olahraga kelas dunia. Proyeksi tersebut bisa berantakan bila PD U-20 batal terselenggara di Indonesia. (syn/c17/fal)