Ajudan Kapolda Gorontalo Ditemukan di Dalam Mobil Dinas
JawaPos.com – Insiden berdarah kembali menimpa institusi Polri. Brigadir Polisi Satu (Briptu) RF, staf pribadi pimpinan (spripim) Kapolda Gorontalo, ditemukan tewas dengan luka tembak di bagian dada. Dugaan sementara, RF meninggal karena bunuh diri.
RF ditemukan warga sedang duduk di kursi pengemudi di dalam mobil dinasnya. Mobil itu terparkir di pinggir Jalan GORR, Kabupaten Gorontalo. Warga lalu melaporkan temuan tersebut ke pihak kepolisian setempat. Petugas lantas mendatangi lokasi dan menemukan mobil dinas itu dalam keadaan terkunci. Saat polisi tiba di lokasi, mesin mobil masih hidup. Namun, pintunya terkunci. Akhirnya kaca mobil dipecah.
Dilansir dari Gorontalo Post, hingga kemarin polisi terus menyelidiki penyebab utama kematian Briptu RF. Namun, polisi menduga RF meninggal karena bunuh diri. ”Penyelidik masih melakukan pendalaman dan terhadap korban akan dilakukan otopsi untuk memastikan penyebab kematian,” ungkap Kepala Bidang Humas Polda Gorontalo Kombespol Wahyu Tri Cahyono SIK dalam keterangan persnya.
Wahyu menjelaskan, berdasar hasil olah tempat kejadian perkara (TKP), ditemukan beberapa fakta. Di antaranya, korban ditemukan sedang duduk di kursi pengemudi dalam kondisi bersandar ke belakang. Lalu, ditemukan lima butir amunisi di dasbor bawah. Polisi juga menemukan senjata api di sebelah kiri badan korban, di tempat handle rem. Selongsong masih ada di dalam senjata.
Tangan kanan korban berada di sebelah kanan badan dengan posisi seperti menarik pelatuk. Tangan kiri korban memegang handle rem tangan. Terdapat cairan berupa minuman di dalam kantong kresek putih.
Dari temuan tersebut, polisi menegaskan bahwa tidak ada tanda-tanda kekerasan. Apalagi, saat itu mobil terkunci dari dalam. Dugaan sementara, korban melakukan bunuh diri dengan cara menembak menggunakan tangan kanan. ”Hal tersebut terlihat dari adanya jelaga mesiu di tangan kanan korban,” ungkap Wahyu. Jenazah korban sudah dibawa ke Rumkit Aloei Saboe untuk proses otopsi.
Meski demikian, proses otopsi sepertinya batal terlaksana. Sebab, keluarga Briptu RF di Semarang menolak dan memilih langsung memakamkan jenazah RF. ”Pihak keluarga menolak dilakukan otopsi meski penyidik telah meyakinkan dan menjelaskan bahwa otopsi untuk kepentingan penyelidikan,” ucap Wahyu ketika diwawancarai Gorontalo Post kemarin (26/3) di RS Bhayangkara.
Meski otopsi batal, kata Wahyu, pihaknya tetap akan melanjutkan penyelidikan. ”Keluarga juga menginginkan kita mencari motifnya,” kata Wahyu. Dengan batalnya otopsi, jenazah Briptu RF akan langsung disemayamkan dan selanjutnya dipulangkan ke rumah duka di Semarang. ”Rencananya besok dipulangkan,” ungkapnya.
Briptu RF tercatat sebagai warga Ngadirgo, Kecamatan Mijen, Semarang. Jawa Pos Radar Semarang kemarin mengunjungi rumah duka. Rumah korban dipadati warga sekitar untuk takziah. Di luar rumah terdapat beberapa karangan bunga. Di antaranya, dari komandan Kompi 3 Batalyon Pelopor dan Kombespol Samsu Arifin, Wadirtipideksus Bareskrim Polri.
”Iya, yang meninggal saudara saya. Ini pihak keluarga masih menunggu kedatangan jenazah,” ungkap kerabat korban, Muhammad Shoqib, kepada Jawa Pos Radar Semarang kemarin (26/3). Sesuai rencana, korban dimakamkan di TPU di Kota Semarang.
Shoqib menyatakan, pihak keluarga masih berduka dan syok, terutama ibu korban, Muniroh. Namun, pihaknya belum bersedia membeberkan terkait dugaan bunuh diri tersebut.
”Keluarga sini juga tidak tahu apa-apa. Saya dapat kabar itu pagi, sekitar pukul 08.30. Terus disuruh telepon, tapi saya telepon berkali-kali sudah tidak diangkat,” jelasnya.
Dia tidak tahu apakah Briptu RF memiliki masalah pribadi. ”Dia orangnya tertutup, jarang cerita. Jadi, saya ya benar-benar kaget. Pihak keluarga juga tidak tahu ada masalah apa,” katanya.
Briptu RF merupakan anak ketiga dari pasangan Muniroh dan Muslih. Menempuh pendidikan SD hingga SMA di sekitar Kota Semarang. Dia membenarkan informasi bahwa korban akan bertunangan dengan perempuan pujaan hatinya tahun ini. ”Dia belum berkeluarga. Katanya sih iya, mau lamaran. Sama orang mana saya kurang tahu. Rencana tahun ini, tapi persisnya kapan kurang tahu juga,” katanya.
Shoqib menyebutkan, kerabatnya itu menjadi anggota Polri setelah lulus SMA atau sekitar 2021. Setelah lolos pendaftaran, dia sempat bertugas di Jakarta. Tak lama kemudian, RF pindah tugas ke Gorontalo.