Plafon menggantung di area salat jadi salah satu daya tarik terkuat Masjid Raya Al-Jabbar secara arsitektural. Hari ini rencananya Museum Rasulullah mulai dibuka untuk umum.
ILHAM DWI W., Kota Bandung
—
MALAM hari adalah waktu favorit Adi Supriyadi untuk ke Masjid Raya Al-Jabbar. Sebab, di malam harilah keindahan masjid tersebut jadi lebih terlihat.
”Warna-warni lampunya berubah-ubah, indah sekali,” tutur Adi, pengunjung asal Kota Bandung yang telah beberapa kali ke Al-Jabbar, kepada Jawa Pos Sabtu (25/3) lalu.
Diarsiteki Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil, Masjid Raya Al-Jabbar berdiri di kawasan Gedebage, Kota Bandung. Pada masa lampau, Gedebage adalah kawasan rawa. Kedekatan dengan air itu pun masih melekat di masjid yang kembali dibuka pada hari pertama Ramadan lalu itu.
Dari kejauhan, masjid yang dibangun dengan biaya triliunan itu tampak mengapung karena dikelilingi danau. Yang sebenarnya merupakan kolam resistan pengendali banjir di Bandung Timur.
Sabtu sore lalu itu saat Jawa Pos ke sana, arus warga yang hendak ke Al-Jabbar terus mengalir. Rintik hujan tak menghentikan antusiasme mereka, mungkin sembari ngabuburit atau menunggu waktu berbuka puasa.
Al-Jabbar berdesain semacam kubah yang bertumpuk-tumpuk. Dengan berhias kaca berwarna-warni yang dominasi warna hijau gelap. Kaca-kaca itu berlapis mengingatkan pada sisik ikan.
Ornamen keramik warna-warni menghiasi tempat wudu yang berada di sisi kanan dan kiri pelataran masjid. Itu yang membuat berjalan di pelataran masjid tersebut terasa adem.
Begitu masuk area salat, di tengah plafon menggantung lafaz Allah yang begitu besar. Membuat siapa saja yang berada di area salat tersebut jadi terasa kecil. Plafon menggantung itu memang ornamen paling ikonik di Masjid Raya Al-Jabbar. Seperti pusat dari seluruh masjid tersebut.
Masjid ini mampu menampung sekitar 33 ribu orang. Di lantai 1 daya tampungnya 9.822 orang, lantai mezanin berkapasitas 3.188 orang, selasar mampu menampung 3.627 orang, dan di plaza 16.363 orang.
”Semuanya serbaindah, paling pas menunggu buka puasa di sini,” tutur Yanti, pengunjung yang lain, Sabtu sore lalu itu.
Ruang tempat favoritnya berfoto adalah area salat. Menurutnya, sangat megah dan indah. ”Yang ada lafaz Allah itu paling indah,” ujarnya.
Di lantai dasar masjid terdapat Museum Rasulullah yang rencananya bakal dibuka untuk umum hari ini. Di dalamnya terdapat berbagai informasi terkait Rasulullah. Mulai kapan dan di mana dilahirkan, silsilah, kisah pernikahan, hingga berbagai informasi lain.
Terdapat pula duplikat surat Nabi Muhammad SAW ke Raja Romawi Heraklius dan Raja Persia bernama Kisra. Bukan hanya itu, ada diorama rumah sekaligus tempat tidur Nabi.
Begitu pula diorama peperangan yang dihadapi Rasulullah. Salah satunya Perang Badar. Semuanya memudahkan untuk mendapatkan gambaran teladan kehidupan Nabi.
Museum itu memperkuat salah satu fungsi Masjid Raya Al-Jabbar sebagai pusat edukasi, selain sebagai pusat ibadah dan wisata religi. Masjid tersebut juga memberikan pengaruh besar terhadap perekonomian masyarakat sekitar.
Teh Cucun, pemilik warung nasi dan bakso di depan masjid, mengaku pendapatan warungnya meningkat drastis saat masjid kali pertama dibuka. ” Lebih dari 100 persen, saya juga yang sediakan makan waktu masih pembangunan masjid,” ungkapnya.
Geliat itu juga bisa dilihat pada banyaknya orang membangun toko di sekitar kawasan masjid. Teh Cucun berharap masyarakat sekitar selalu dilibatkan dalam pembangunan semacam itu. ”Saya dengar-dengar sih mau dibangun kios untuk pedagang kaki lima (PKL),” ujarnya.