JawaPos.com – Malam ini (26/3), pemenang Indonesia’s Next Top Model Cycle 3 (INTM 3) diumumkan. Sebelumnya, dua grand finalist, Rizkho ’’Iko” Maulida Bustomi dan Paula Andrea, menjalani pemotretan final di Gumuk Pasir, Bantul, Jogjakarta, dalam episode tadi malam (25/3) yang tayang di NET.
Tinggal satu tantangan lagi, yakni final runway dalam gaun karya Ivan Gunawan yang disiarkan nanti malam sebelum pemenang ditentukan. Jawa Pos berkesempatan ngobrol dengan Iko dan Paula pada Jumat (24/3) siang di dua lokasi berbeda. Mereka bercerita soal perjalanan dan naik turun selama kompetisi.
RIZKHO ’’IKO’’ MAULIDA BUSTOMI (JAKARTA)
Berada di Titik Pencapaian Terjauh
BAGI penggemar setia franchise Top Model, wajah Iko tampak tidak asing. Model asli Jakarta itu sebelumnya pernah berkompetisi di ajang Asia’s Next Top Model (AsNTM) Cycle 6 pada 2018. Sayang, Iko tereliminasi di episode 2. Dia lantas kembali menjalani profesi sebagai model, yang sudah ditekuninya selama hampir 11 tahun.
Iko merupakan salah seorang peserta INTM 3 yang paling senior, baik dari segi umur maupun pengalaman modeling. Berbagai pemotretan dan fashion show sudah dilakukan model kelahiran 5 Agustus 1995 itu. Di antaranya, Indonesia Fashion Week, Jakarta Fashion Week, serta pemotretan untuk sejumlah brand. Sebelumnya, Iko juga pernah meraih penghargaan Best Presenting di ajang Wajah Femina 2014.
Selang empat tahun setelah AsNTM 6, Iko kembali berkompetisi di INTM 3 yang dimulai akhir 2022. ’’Selain karena aku ingin menang di usia aku yang sekarang, aku juga mau membuat keluargaku bahagia,’’ ujar Iko mantap saat ditemui di kawasan Menteng Dalam, Jakarta Selatan.
Di INTM Cycle 3, perjalanan Iko lebih jauh. Dia terus bertahan hingga akhir. Model dengan tinggi badan 174 cm itu terpilih sebagai Model of the Week sebanyak tiga kali dan hanya berada di posisi dua terbawah satu kali. ’’Nggak nyangka dan bahagia. Karena selama berkompetisi, ini titik pencapaianku yang paling jauh,’’ kata model yang bergabung dengan Kick Management itu.
Pengalaman Iko dalam bidang fashion dan modeling rupanya menjadi amunisi terbaiknya. Dia merupakan peserta yang mendapat paling banyak kemenangan di sesi minor challenge. Yakni, tantangan di mana para model melakukan tugas atau casting dari klien, desainer, bintang tamu, atau juri INTM 3. Bisa dibilang, minor challenge adalah simulasi industri modeling sesungguhnya.
Selama menjalani minor challenge, Iko mengerahkan semua pengalaman dan wawasannya selama berkarier. Misalnya, di tantangan Go and See episode 33 dan 34. Para model saat itu melakukan casting dengan tiga desainer busana. Iko terpilih sebagai pemenang. ’’Selain skill, aku harus bisa adaptif. Dikasih challenge apa aja, harus fokus dilakuin. Aku paling anti mengeluh,’’ tegas alumnus STBA LIA Jakarta itu.
Kemampuan Iko mengerahkan pengalaman, kegigihan, dan kemampuan adaptasi kembali terlihat di pemotretan final di Gumuk Pasir, Bantul, Jogjakarta. Iko mengungkapkan bahwa dirinya pernah melakukan pemotretan di gurun pasir di Dubai, Uni Emirat Arab. Jadi, dia sudah tahu kondisi geografis padang pasir, mulai medan hingga udara.
Selama pemotretan, Iko juga cukup mahir menguasai pergerakan tubuhnya yang menggunakan dress dari Digo Designs dan headpiece karya Rinaldy Yunardi. Sesekali, pasir masuk ke mata dan sepatu. ’’Triknya adalah kasih tumpuan ke kaki supaya aku bisa pose dengan tegas di pasir. Terus nggak boleh panik,’’ papar Iko tentang strateginya.
Dari segi fisik, Iko juga selalu siap. Meski baru tahu lokasi pemotretan final sesaat sebelum difoto, dia sudah mempersiapkan kesehatan dan tenaga. ’’Minum vitamin, makan tepat waktu, minum air putih, sama tidur pokoknya harus cukup,’’ papar model yang ingin berkarier sebagai presenter seusai INTM 3 itu.
KATA IKO TENTANG PAULA…
Iko kagum dengan semangat Paula yang selalu mau belajar. ’’Dia salah satu yang adaptif dengan konsep apa pun. Dia juga selalu nanya aku tentang apa pun terkait modeling,’’ kata Iko.
Masih terkait Paula sebagai kompetitornya, Iko menyebut Paula terlihat sangat eksotis dengan bentuk bibirnya.
PAULA ANDREA (SURABAYA)
Pendatang Baru yang Selalu All-out
SAAT ditemui Jawa Pos di The East, Jakarta Selatan, Paula mengaku sebagai pendatang baru di dunia modeling saat berkompetisi di INTM 3. Mahasiswi Program Studi Manajemen Keuangan Universitas Kristen Petra, Surabaya, itu baru secara serius menekuni modeling sejak 2021 saat dia bergabung dengan MC Model Management. ’’Pas ikut INTM 3 itu, aku belum ada setahun di modeling,’’ kata Paula.
Namun, Paula tidak masuk INTM 3 tanpa bekal. Sebelumnya, alumnus SMAK St Louis 1 Surabaya itu terpilih sebagai pemenang utama pageant Miss Culinary 2019 yang diadakan Jawa Pos. Menurut Paula, itu adalah momen di mana dia berkenalan dengan basic dunia modeling.
Paula mengakui bahwa dirinya tak punya bekal modeling mumpuni saat ikut Miss Culinary 2019. ’’Ikut itu cuma bondo nekat (modal nekat, Red),” katanya. Kontestan lainnya, ujar Paula, kebanyakan lebih berpengalaman dari dia. ’’Bahkan aku sampai nangis karena dibilang nggak bisa catwalk,’’ kenang model kelahiran Surabaya, 25 Januari 2001, itu.
Dengan kemauannya untuk belajar dan antusiasme menerima tantangan, Paula bisa keluar sebagai pemenang Miss Culinary 2019. Momen itu menjadi pembuka jalan masuk dunia modeling, termasuk berkompetisi di INTM 3. ’’Manajer MC Model sama adikku nyuruh aku ikut. Katanya adikku, ini waktu yang tepat,’’ kata Paula, yang sempat bimbang karena saat itu dia sedang mempersiapkan skripsi.
Ternyata, target yang diperoleh Paula melebihi ekspektasinya. Bahkan, Paula adalah model yang paling sering mendapat predikat Model of the Week. Yakni, sebanyak 5 kali.
Menurut Paula, mentalnya merupakan salah satu faktor kesuksesan. Saat diberi tantangan apa pun, Paula selalu antusias. ’’Pokoknya harus sungguh-sungguh dan enjoy. Pas foto, harus selalu all-out dan berani aja apa pun konsepnya,” jelas Paula.
Memasuki pemotretan final di Gumuk Pasir, Bantul, Jogjakarta, Paula mengaku sempat tertekan. Kompetitornya adalah Iko Bustomi, model yang lebih senior dan dikaguminya. ’’Aku itu sempat stres lho pas di Jogja. Ini nggak main-main, aku mau dan harus memberikan yang terbaik,’’ ujar Paula, yang tak putus berdoa agar tetap tenang dan sehat.
Saat di lokasi pemotretan final, Paula berhasil mengontrol dirinya dalam busana Digo Designs dan headpiece karya Rinaldy Yunardi. Pasir dan cuaca panas tidak mematahkan semangatnya selama pemotretan di Gumuk Pasir.
Sebelumnya, Paula mengaku pernah melakukan pemotretan di Surabaya yang panas, kawasan Bromo yang dingin, serta padang rumput. Jadi, dia sudah cukup mengenal situasi. ’’Aku nggak pernah takut dan selalu nurut selama pemotretan,’’ tegas Paula yang berencana ingin segera merampungkan skripsinya di Surabaya agar bisa fokus berkarier sebagai model di Jakarta seusai INTM 3.
—
KATA PAULA TENTANG IKO…
Paula memandang Iko sebagai model senior yang sangat rendah hati sekaligus mampu menjaga fokus selama kompetisi. ’’Dia itu nggak pelit ilmu dan nggak terganggu sama kondisi di sekelilingnya,” kata Paula.
Iko dan kulit sawo matangnya berhasil tampak stand-out dari model lain. ’’Kak Iko nggak perlu ngapa-ngapain sudah tampak menarik,’’ kata Paula.