DULU, kakak-adik Achmad Moed’har Syah dan Achmad Djauhar Arifin sangat sering melakukan perjalanan bisnis lewat jalur darat untuk mengembangkan perusahaan Polowijo Gosari Group.
Dan, sering mampir ke berbagai masjid di sepanjang jalan untuk beribadah.
Pada saat-saat itulah, dua pengusaha asal Gresik, Jawa Timur, itu kerap menemukan hal-hal di masjid yang membuat mereka menghela napas dalam-dalam: mulai pintu yang dikunci, toilet yang tidak terawat, hingga banyaknya debu.
Dari sanalah kakak beradik itu bercita-cita mendirikan masjid yang megah dan nyaman dipakai beribadah. “Beliau berdua lalu berpikir kenapa masjid tidak bisa dikelola bagus. Hotel bintang lima saja bisa, kenapa masjid tidak bisa?” kenang Dokumen Kontrol Masjid Akbar Moed’har Arifin, Gresik, Jawa Timur, Supata kepada Jawa Pos pada Jumat (17/3) pekan lalu.
Konsep membangun masjid dengan rasa hotel bintang lima pun dirancang. Meski pada 2012 Moed’har Syah meninggal dunia, sang adik tetap meneruskan. ”Pada 2018, peletakan batu pertama, dikebut, April 2020 digunakan pertama kali,” jelas Supata.
Dua bulan setelah mimpi terealisasi, Djauhar menyusul sang kakak berpulang. “Akhirnya pada Agustus 2022, masjid ini diresmikan Presiden Joko Widodo,” lanjutnya.
Masjid dengan nama gabungan dua pendirinya itu berdiri sangat megah di atas lahan seluas 2,5 hektare di Jalan Raya Daendels Kilometer 32, Gedangan, Kecamatan Sidayu, Gresik. Seperti dicita-citakan kedua pendiri, masjid dua lantai itu bercita rasa hotel bintang lima.
Di tempat wudu dan toilet, misalnya, ada beberapa petugas yang dengan sigap menjaga kebersihannya. Naik tangga menuju lantai 2 tempat untuk salat, tidak ada sedikit pun debu yang menempel. Kinclong.
Padahal, masjid itu berlokasi di tepi jalan penghubung antarkota yang hiruk. Jalan raya yang panas nan gersang dan dilalui banyak kendaraan berat pengangkut batu kapur sampai batu bata.
Di dalamnya, beribadah pun terasa nyaman dengan konsep yang mengadopsi gaya bangunan Kota Madinah berpadu dengan Eropa. Pintu besar berwarna emas, tiang besar, hingga kubah berwarna-warni.
“Kami juga selalu siagakan beberapa orang untuk mengatur saf tiap kali waktu salat tiba,” terang Supata.
Ada pula kamar khusus imam dan khatib. “Kami sering mengundang penceramah internasional. Daripada menginap di tempat lain, di sini ada kamar dengan standar hotel bintang lima,” paparnya.
Masjid Akbar Moed’har Arifin juga tidak condong pada salah satu aliran. Soal qunut misalnya. Jika di salat Subuh hari ini ada, besok tidak. “Wiridan ada, tapi tidak panjang seperti biasanya masjid NU (Nahdlatul Ulama). Kami juga mengundang penceramah tidak hanya dari NU dan Muhammadiyah, kalangan Salafi juga. Jadi, kami mencoba mewadahi semuanya,’’ bebernya.
Pengelolaan masjid juga dibuat layaknya hotel bintang lima. “Biasanya masjid dipimpin oleh ketua takmir, di sini tidak. Di sini dipimpin oleh general manager (GM),” jelasnya.
Bahkan, sistem manajemennya menggunakan ISO 9001:2015, salah satu framework standar manajemen mutu internasional. “Ada divisi-divisi juga. Mulai dari divisi dakwah ibadah, HRD (human resources department), dan beberapa divisi lain,” katanya.
Pengelola masjid itu juga bekerja seperti pegawai perusahaan. Ada gaji bulanan. “Tapi bagaimanapun, kalau di masjid, namanya pengabdian,” tuturnya.
Layaknya di sebuah perusahaan, ada pula anugerah “Employee of the Month” yang disertai apresiasi untuk tiap divisi. Foto dan nama karyawan terpilih dipajang tepat di depan ballroom masjid di lantai 1.
Ibnu Muhun, salah seorang pengunjung, mengaku sudah beberapa kali beribadah di Masjid Akbar Moed’har Arifin. Khususnya saat salat Jumat. Sebagai warga NU, dia merasa nyaman-nyaman saja dengan adanya “kombinasi cara beribadah” dengan Muhammadiyah ataupun organisasi Islam lain.
“Saya tetap merasakan masjid ini seperti rumah saya. Rumah warga NU juga,” paparnya.
Pria asal Bungah, Gresik, itu menyebut salah satu kelebihan Masjid Akbar Moed’har Arifin adalah kebersihannya. “Jadi, siapa pun yang datang, insya Allah bisa makin fokus ibadahnya,” ungkapnya.
Selama Ramadan ini, banyak kegiatan diadakan. Menyediakan santapan sahur para jemaah salah satunya. Setelah salat Asar, ada kajian oleh penceramah ternama, baik dari dalam maupun luar negeri.
“Ada pula takjil dan buka bersama, sekitar 300-an porsi. Setelah salat Isya, ada teh dan kopi untuk yang mau khataman,” ungkapnya.
Tak mengherankan kalau kemudian Masjid Akbar Moed’har Arifin selalu ramai dikunjungi. “Karena dua founder kami ingin masjid ini tidak hanya jadi pusat beribadah. Tapi, juga jadi pusat peradaban, edukasi, dan turisme,” katanya.