JawaPos.com – Lantunan pujian-pujian sudah terdengar dari kejauhan. Ternyata, sumber suara itu berasal dari masjid tertua di Surabaya, yaitu Masjid Rahmat, di Kelurahan Darmo. Bahkan, hal tersebut telah menjadi ciri khas peninggalan Sunan Ampel itu selama puluhan tahun.
Ruangan berukuran 4 x 4 meter milik Radio Yasmara menjadi tempat penyiaran salawat tersebut. Salawat itu mulai dikumandangkan saat waktu salat akan tiba, paling tidak satu jam sebelumnya.
Siaran yang mengudara di frekuensi AM 1152 tersebut bahkan disiarkan ulang oleh ratusan radio lain di Surabaya Raya. ’’Ada grup koordinasi masjid,’’ kata seorang pengurus Radio Yasmara Heri Muntaco, Kamis (23/3).
Pujian itu langsung tersambung dengan pengeras suara Masjid Rahmat. Juga ada beberapa yang selalu disiarkan seperti syiir tanpo waton, ayat tauhid, hingga salawat Kiai Mukhit. Tidak lupa, surah pendek yang berbeda di setiap waktu salat. Misal, Al Hujurat saat magrib atau saat subuh berupa Al Qadr dan An Nas.
Siaran di sana masih dilakukan secara manual. Artinya, dokumen suara itu disetel tidak secara otomatis. Tujuannya, menghindari keterlambatan. Sebab, waktu salat setiap hari selalu berubah-ubah.
Ada tiga penyiar yang melakukannya secara sistem sif sampai saat ini. ’’Kalau digital, bisa telat dua sampai lima menit. Cuma tepat di tanggal awal,’’ ungkapnya.
Siaran itu menggunakan sejumlah perangkat sound system sederhana. Di antaranya, mikrofon, audio mixer, serta komputer. Mengapa tidak mengudara di frekuensi FM? Baginya, biaya untuk operasional terlalu tinggi.
’’Saat ini bisa diikuti orang saja sudah kami anggap berhasil,’’ terangnya.
Radio itu awalnya berdiri secara amatir pada 1968. Pembelian alat berdasar hasil donasi dari jemaah masjid tersebut. Kini saat Ramadan tiba, Masjid Rahmat semakin ramai dikunjungi.