JawaPos.com–Pos Pemantau Gunung Ile Lewotolok di Kabupaten Lembata, Provinsi Nusa Tenggara Timur, melaporkan terjadi kurang lebih 60 kali letusan atau erupsi di puncak Gunung Ile Lewotolok sepanjang Rabu (22/3).
Kepala Pos Pengamatan Gunung Ile Lewotolok Stanislaus Arakian mengatakan, 60 kali letusan itu merupakan rekapitulasi dari letusan selama satu hari penuh yang terhitung mulai pukul 00.00 hingga 24.00 wita pada Rabu (22/3).
”Dari 60 kali letusan tersebut tinggi kolom abunya berkisar dari 400 hingga 500 meter dengan warna asap putih kelabu dan juga hitam,” kata Stanislaus Arakian seperti dilansir dari Antara.
Dia menjelaskan, puluhan kali erupsi yang terjadi itu disertai dengan dentuman atau gemuruh lemah hingga kuat. Selain itu, ada lontaran lava pijar ke segala arah dalam radius 200 hingga 400 meter.
”Saat ini status Gunung Ile Lewotolok dari sebelumnya dari level III atau siaga menjadi level II atau waspada,” ujar Stanislaus Arakian.
Namun walaupun level II atau waspada, menurut dia, masyarakat diharapkan untuk tetap mengantisipasi jika terjadi letusan yang besar. Oleh karena itu, pihaknya merekomendasikan beberapa hal kepada pengunjung serta masyarakat.
”Ada beberapa rekomendasi yang kami siapkan untuk disampaikan kepada masyarakat,” terang Stanislaus Arakian.
Dia menyatakan, beberapa rekomendasi yang disampaikan adalah masyarakat maupun pengunjung/pendaki/wisatawan agar tidak memasuki dan tidak melakukan aktivitas di dalam wilayah radius dua kilometer dari pusat aktivitas gunung tersebut. Masyarakat Desa Lamawolo, Lamatokan, dan Desa Jontona, diminta agar selalu mewaspadai potensi ancaman bahaya dari guguran/longsoran lava dan awan panas dari bagian timur puncak/kawah gunung itu.
”Masyarakat yang bermukim di sekitar lembah/aliran sungai-sungai yang berhulu di puncak Gunung Ile Lewotolok agar selalu mewaspadai potensi ancaman bahaya lahar yang dapat terjadi terutama di saat musim hujan,” tambah Stanislaus Arakian.