JawaPos.com–Indonesia secara resmi telah ditunjuk sebagai tuan rumah Piala Dunia U 20 oleh Federasi Sepak Bola Dunia (FIFA). Kegiatan itu direncanakan dilaksanakan PSSI dan Kementerian Olah Raga pada 20 Mei sampai 11 Juni.
Perhelatan itu akan diikuti perwakilan dari masing-masing konfederasi antar benua. Ada perwakilan dari AFC (Asia) yang terdiri atas Irak Jepang, Korsel, Uzbekistan, dan Indonesia. Perwakilan dari CAF (Afrika), Gambia, Senegal, Nigeria, dan Tunisia.
Perwakilan dari Concacaf (Amerika Tengah dan Utara) yakni Dominika, Guatemala, Honduras, dan Amerika Serikat. Perwakilan Conmebol (Amerika Selatan) antara lain Brasil, Kolombia, Ekuador, dan Uruguay.
Perwakilan dari OFC (Oseania) terdiri atas Fiji dan Selandia Baru, serta Perwakilan dari UEFA (Eropa) Inggris, Prancis, Israel, Italia, dan Slowakia.
Keikusertaan Israel sebagai peserta Piala Dunia U-20 memicu kontroversi di Indonesia. Terbaru, I Wayan Koster, Gubernur Bali berkirim surat kepada Kementerian Pemuda dan Olah Raga dengan menyatakan menolak wilayah Bali dijadikan sebagai salah satu tuan rumah event besar itu. Penolakan tersebut dilatarbelakangi sikap adanya delegasi Israel dalam gelaran Piala Dunia U-20.
Kementerian Pemuda dan Olah Raga telah mengajukan enam provinsi sebagai tuan rumah Piala Dunia U-20. Yakni Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, dan Sumatera Selatan.
Plt Ketua DPD PDI Perjuangan Jatim Said Abdullah menegaskan, PDI Perjuangan Jatim menolak kedatangan delegasi Israel untuk bertandang dan bertanding di wilayah Jawa Timur pada gelaran Piala Dunia U-20 di Indonesia. Fraksi PDI Perjuangan di DPRD Jatim akan menolak kehadiran delegasi dari Israel pada Piala Dunia U-20 di Jawa Timur.
”Penolakan ini disampaikan secara terbuka dan tertulis kepada Gubernur Provinsi Jawa Timur. Sikap penolakan PDI Perjuangan Jawa Timur ini didasarkan pada komitmen solidaritas terhadap perjuangan bangsa Palestina atas perlawanan menghadapi aneksasi, penjajahan, dan pembunuhan, yang terus dilakukan Israel terhadap Palestina,” papar Said Abdullah.
Said menyatakan, sikap PDI Perjuangan Jawa Timur itu sejalan dengan kebijakan politik yang pernah ditempuh Presiden Soekarno dalam menempatkan delegasi olahraga dari Israel.
Pada 1957, Indonesia lolos dari babak kualifikasi piala dunia setelah Taiwan menyatakan pengunduran diri. Pada babak play off setelah Australia juga mengundurkan diri, Indonesia harus menghadapi Timnas Israel.
Saat menghadapi Timnas Israel, PSSI meminta pertandingan dilakukan di tempat yang netral, namun permintaan itu ditolak FIFA. Atas kebijakan itu, Timnas Indonesia menyatakan mengundurkan diri dalam menghadapi Timnas Israel.
Kebijakan serupa dilakukan oleh Presiden Soekarno kala Indonesia menjadi tuan rumah Asian Games 1962. Saat itu, Pemerintah Indonesia tidak memberikan visa kedatangan delegasi Israel, yang berakibat Indonesia lebih memilih membayar denda kepada Komite Olimpiade Dunia daripada menerima delegasi atlet Israel.
Said mengungkapkan, sikap Presiden Soekarno sebagai cermin konsistensi Indonesia dalam melawan dan menghapuskan segala bentuk penjajahan dan kolonialisme dibuka bumi.
”Sikap itu kami jadikan teladan dalam perjuangan politik melawan kolonialisme Pemerintah Israel terhadap bangsa Palestina hingga saat ini. Apalagi Pembukaan UUD 1945 juga menegaskan agar bangsa Indonesia ikut aktif dalam perjuangan melawan penjajahan,” jelas Said Abdullah.