JawaPos.com – Indonesia akan dua kali bertemu Burundi dalam pertandingan FIFA Matchday. Pertandingan pertama digelar pada 25 Maret di Stadion Patriot Candrabhaga, Kota Bekasi, Jawa Barat. Lalu, pertandingan kedua dimainkan pada 28 Maret di tempat yang sama.
Jelang pertandingan tersebut, pelatih tim nasional Indonesia Shin Tae-yong (STY) agak kesulitan menyiapkan kekuatan terbaik. Sebab, dua pertemuan melawan Burundi dimainkan saat Ramadan. Para pemain yang beragama Islam harus menjalankan ibadah puasa.
’’Puasa memang agak sulit bagi saya. Sebab, seharusnya para pemain bisa makan tepat waktu di jam-jam tertentu. Kalau tanpa makan, lalu harus berlari dan bertanding, akan agak kesulitan bagi para pemain,’’ tutur pelatih asal Korea Selatan tersebut.
STY sedang mencari cara untuk menyiasati persoalan tersebut. Rencananya, pelatih timnas Korea Selatan di Piala Dunia 2018 Rusia tersebut akan berdiskusi dengan pemuka agama. Dalam kesempatan tersebut, STY ingin bertukar pikiran untuk mencari jalan keluar.
’’Supaya fokus bertanding, para pemain tidak puasa pada H-1 dan hari pertandingan. Nanti waktu-waktu yang tidak puasa bisa diganti setelah Ramadan selesai. Saya harus berkoordinasi dulu dengan pemimpin agama dan para pemain,’’ terang STY.
STY berharap persiapan timnya tidak terganggu dengan kondisi apa pun. Dia perlu persiapan yang matang supaya bisa memberikan perlawanan terbaik saat menghadapi Burundi. Sebab, STY mengaku buta dengan kekuatan tim asal Benua Afrika tersebut.
’’Saya jujur belum tahu tim ini seperti apa. Memang saya mintanya tim yang ada di peringkat 80–100 FIFA. Dan, situasinya saat ini tidak mendukung. Akhirnya, Burundi dipilih sebagai lawan. Tapi, saya akan mulai menganalisis,’’ bebernya.
Mantan asisten pelatih Queensland Roar tersebut juga menyayangkan Indonesia baru mendapatkan lawan bertanding yang sangat mepet dengan waktu pertandingan FIFA Matchday. Menurut STY, akan lebih bagus jika Indonesia sudah memiliki kalender pertandingan yang terjadwal sejak lama.
’’Sebagai pelatih timnas agak sulit dengan permasalahan ini. Seharusnya jadwal timnas jauh-jauh hari sudah ada. Dengan jadwal yang agak berantakan, saya sulit membuat kondisi para pemain selalu baik,’’ ungkapnya.
’’Karena itu, pada pertandingan melawan Burundi nanti, fokus saya adalah membawa Indonesia menunjukkan permainan terbaik. Saya akan berfokus pada taktik dan organisasi tim,’’ imbuh STY.
Sementara itu, Dony Tri Pamungkas, wingback timnas Indonesia, menyambut baik rencana STY yang akan berdiskusi dengan pemuka agama untuk mencari jalan keluar. Sebagai atlet, Dony mengaku agak kesulitan jika harus bertanding setelah seharian berpuasa.
’’Seperti ada yang mengganjal gitu. Tapi, mau bagaimana lagi. Memang benar (apa yang dilakukan STY untuk menemui pemuka agama, Red). Sebab, sumber energi kita memang dari makanan,’’ terang pemain asal klub Persija Jakarta tersebut.
Adik kandung mantan pemain Pelita Jaya Joko Sasongko itu menambahkan, puasa menjadi tantangan tersendiri bagi atlet. Menurut Dony, biasanya, awal-awal puasa menjadi momen yang paling berat.
’’Biasanya berat pada hari pertama sampai ketiga berpuasa. Tapi, yang sudah-sudah, saya lebih sering berlatih malam. Jadi, tidak terpengaruh dengan puasa,’’ ujarnya.