JawaPos.com – Anggota Komisi VI DPR RI yang membidangi perdagangan, Mufti Anam, menyoroti harga sembako yang merangkak naik jelang bulan Ramadan. Mufti meminta Kementerian Perdagangan lebih cermat dalam mengantisipasi pola kenaikan harga sembako.
“Sebenarnya ini polanya kan sudah bisa diprediksi. Ada fase-fase selama jelang Ramadan sampai Lebaran yang memiliki tren kenaikan harga sembako. Polanya terekam berdasarkan data historis dari tahun ke tahun, ujar Mufti, Rabu (22/3).
Itulah kenapa, dia menyebut pola itu tinggal dikontekskan dengan ekonomi kekinian dan kemampuan produksi pertanian Indonesia. “Mestinya bisa dibaca. Kalau cermat, kenaikan harga sembako bisa dikelola dengan baik dan tak menyusahkan rakyat,” imbuhnya.
Berdasarkan panel harga Badan Pangan Nasional, yang dikutip Selasa (21/3), harga sejumlah komoditas menunjukkan kenaikan, seperti beras, cabai merah keriting, cabai rawit merah, daging ayam ras, telur ayam ras, hingga sejumlah ikan. Kenaikan berkisar 0,4 persen sampai 3 persen selama sepekan terakhir, bergantung komoditasnya.
Mufti Anam berharap, Menteri Perdagangan bisa melakukan analisis tren kenaikan harga secara lebih cermat. “Pola historisnya di mana-mana adalah harga cenderung naik kira-kira sepekan sebelum Ramadan karena mulai ada lonjakan permintaan dari masyarakat sesuai budaya di warga kita yang selalu antusias menyambut Ramadan dengan beragam makanan dan tradisi. Artinya suplainya harus berimbang dan dipastikan tersalur hingga ke level pedagang eceran. Ini mestinya dipastikan oleh Mendag,” ujar mantan ketua umum Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) tersebut.
Mufti mengatakan, lonjakan juga diprediksi akan terjadi lagi pada sepekan menjelang tibanya Idul Fitri atau Lebaran. Sesuai budaya masyarakat, Lebaran selalu disambut dengan beragam acara silaturahmi dengan beragam makanan.
“Trennya secara historis kan sudah ada. Ya tinggal dimanajemeni saja. Termasuk antisipasi kendala distribusi sembako jelang Lebaran karena berkaitan dengan arus mudik dan sebagainya yang diatur oleh Kementerian Perhubungan untuk angkutan logistiknya,” jelas Mufti.
“Maka kalau kemudian tetap terjadi lonjakan saat jelang Ramadan, atau nanti sepekan jelang Lebaran, tentu patut disayangkan karena polanya sudah ada dari tahun ke tahun. Artinya, Kemendag tidak cermat dan tidak melakukan antisipasi dengan baik,” imbuh Mufti.
Momen pasca-Lebaran juga diingatkan Mufti sejak sekarang. Terutama 4-5 hari setelah Lebaran, distribusi barang belum sepenuhnya lancar. Walhasil, ada potensi banyak komoditas belum tersedia di pasar. Belum lagi sebagian pelaku usaha masih mudik Lebaran. Terbatasnya pasokan akan mengerek harga komoditas di pasar.
“Strategi antisipasinya harus disiapkan oleh Kemendag, termasuk menggandeng dinas terkait hingga ke seluruh daerah,” ujar politisi PDI Perjuangan tersebut.