JawaPos.com – Sampah merupakan permasalahan serius yang menimbulkan dampak negatif secara masif bagi lingkungan, hingga hal ini menjadi tantangan global, tak terkecuali di Indonesia.
Diketahui volume produksi sampah dunia saat ini pada kisaran 2 miliar ton per tahun, sedangkan untuk Indonesia sendiri, produksi sampah nasional yang masuk ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) pada tahun 2022 lebih dari 19 juta ton.
Direktur Eksekutif Youth Climatree Indonesia (YCI), Dr. Robert E. Sudarwan mengatakan, pencemaran akibat sampah selain menimbulkan berbagai jenis penyakit, sampah yang tidak terkelola menyebabkan kerusakan air tanah, memicu terjadinya banjir, merusak biota laut dan tentunya berkontribusi pada laju perubahan iklim.
“Tentu hal ini selain harus menjadi tanggungjawab setiap individu, lebih ditekankan peran kelembagaan pemerintah untuk dapat bersinergi dengan berbagai pihak dalam upaya menekan produksi sampah dan melakukan penanganan secara efektif,” kata Robert pada Workshop Potensi Pengelolaan Sampah Perkuat Perekonomian Desa di Kementerian Desa PDTT, Jakarta, Selasa (21/3).
Lebih lanjut, dalam hal masalah sampah, terdapat dua pokok yang menjadi objek penanganan yakni; menekan produksi sampah dan melakukan pengelolaan atas sampah yang dihasilkan. Dalam hal ini, Robert menilai Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Kementerian Desa PDTT) memiliki kemampuan untuk menggerak struktur sosial dalam mengatasi masalah sampah.
Pertama, kata Robert, memang butuh penyadaran bagi masyarakat agar peduli masalah sampah. Sebab, pada dasarnya sampah memiliki nilai ekonomi sirkular, hanya saja perlu dukungan lebih dari kelembagaan untuk menggerakkan struktur sosial dalam hal berinovasi dengan menjadikan sampah sebagai bahan baku dan diolah menjadi produk yang bernilai ekonomis.
“Dalam hal ini Kemendes memiliki posisi strategis untuk melakukan akselerasi atas penangan sampah sekaligus peningkatan perekonomian desa,” kata Robert.
Kemudian, yang tidak kalah penting, pemerintah juga perlu membantu membuka dan melakukan stimulus pangsa pasar untuk penyerapan produk yang dihasilkan dari pengolahan sampah.
“Menurut saya akan lebih akseleratif dalam menyelesaikan masalah sampah jika digerakkan mulai dari struktur sosial pada tingkat desa. Jadi desa menjadi ujung tombaknya,” tuturnya.
Karena itu, Kemendes PDTT harus memainkan peran strategisnya, mulai dari pembinaan, dukungan fasilitas hingga menghasilkan produk dengan serapan demand yang baik.
“Bisa juga Kemendes PDTT memberi apresiasi pada desa yang mampu melakukan pengelolaan sampah secara mandiri, ini akan memotivasi mereka,” pungkas Robert.
Untuk diketahui, workshop ini dihadiri oleh Dirjen Pengembangan Ekonomi dan Investasi Kemendes PDTT, Harlina Sulistyorini sebagai keynote speaker dengan pembicara lainnya yaitu Direktur Pelayanan Investasi Kemendes PDTT, Supriyadi, Asdep Kewirausahaan Pemuda Deputi Bidang Pengembangan Pemuda Kemenpora RI, Ing Hendro Wicaksono, dan perwakilan pelaku usaha, Syamsunar.