JawaPos.com-Dokter spesialis penyakit dalam divisi endokrin, metabolik dan diabetes Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo dr. Ardy Wildan Sp.PD mengatakan, umat muslim yang menderita diabetes tetap bisa ikut menjalankan ibadah puasa, dengan memperhatikan risiko dan berkonsultasi dokter.
“Sebelum pasien itu mulai berpuasa idealnya 6 sampai 8 minggu sebelumnya kita hitung risikonya, kita nilai seberapa risiko pasien itu menjalankan puasa dari siklus sedang, berat, maupun sangat berat,” ucapnya dalam diskusi melalui live Instagram RSCM, Senin (20/3).
Ardy menyarankan bagi penderita diabetes, sebelum memasuki bulan Ramadan pasien diedukasi untuk berpuasa Senin dan Kamis agar terbiasa. Di samping itu juga pasien bisa berkonsultasi langsung dengan dokter untuk menyesuaikan dosis obat diabetes yang akan dikonsumsi selama menjalani ibadah puasa.
Menurut penelitian yang disampaikan Ardy, puasa memiliki banyak manfaat terutama untuk penderita diabetes karena bisa mengontrol gula darah dibandingkan pada waktu tidak berpuasa. “Memang untuk pasien-pasien diabetes yang benar-benar berlebih itu dia ada manfaat untuk mengukur berat badannya karena makannya tidak sebanyak selain bulan Ramadan, kemudian penelitian menunjukkan bahwa selama puasa itu gulanya lebih stabil dibandingkan pada waktu tidak puasa,” katanya.
Namun para pasien dengan diabetes juga harus tetap memperhatikan risiko yang patut diwaspadai ketika tetap ingin menjalankan ibadah puasa, yaitu hipoglikemia atau kekurangan gula dan hiperglikemia atau kelebihan gula.
Biasanya hipoglikemia bisa terjadi karena pasokan makan yang berkurang sehingga risiko gula darah menurun drastis sangat tinggi. Begitu juga jika kekurangan cairan atau dehidrasi, tidak meminum obat secara teratur dan makan berlebihan juga bisa menimbulkan risiko hiperglikemia.
Dokter yang menyelesaikan spesialis penyakit dalam di Universitas Indonesia ini juga mengatakan agar penderita diabetes tipe 1, pasien berusia 61 tahun ke atas dan wanita hamil dengan riwayat diabetes disarankan untuk tidak berpuasa jika berisiko tinggi atau memberatkan ketika berpuasa.
“Kalau misalnya pada pasien-pasien yang menderita diabetes tipe 1 yang harus pakai insulin untuk kebutuhan sehari-harinya memang sarannya tidak puasa dulu tapi tentu kembali masing-masing ke individu, diedukasi untuk pemeriksaan gula darah lebih sering, untuk populasi usia lanjut atau geriatri kita lihat keseluruhannya apakah pasien itu masih cukup sehat atau sudah renta,” ujarnya.
Agar bisa menjalankan ibadah puasa dengan aman, Ardy mengingatkan untuk tetap mengonsumsi makanan dengan gizi seimbang dan perbanyak makanan tinggi serat seperti sayur-sayuran, buah-buahan atau salad. Hindari juga makanan yang digoreng, minuman manis, dan kopi saat sahur maupun berbuka.
“Kurma itu boleh dikonsumsi pada buka puasa tapi perlu diperhatikan jumlahnya, kalau satu atau dua cukup aman tapi kalau misalnya terlalu banyak itu meningkatkan gula darah juga. Dan waktu buka puasa di awal langsung air putih dan bisa ditambah kurma satu atau dua. Hindari kopi saat sahur karena pipisnya akan lebih banyak pada pasien diabetes ada risiko dehidrasi,” terang Ardy Wildan.
Cukupi juga kebutuhan air saat menjalankan ibadah puasa satu sampai dua liter sehari, dan tetap minum pada saat melaksanakan shalat tarawih agar tidak dehidrasi. Tetap lakukan olahraga namun pada jam menjelang buka puasa bagi penderita diabetes. (*)