JawaPos.com- Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) dan media memiliki irisan dalam fungsinya. Salah satu di antaranya adalah pengawasan. Karena itu, antara Bawaslu dan media mesti berseiring dalam pengawalan demi kesuksesan Pemilu 2024 mendatang. Nah, untuk bisa berseiring, SDM di Bawaslu sangat penting menjalin sinergisitas dan memiliki kemampuan bermedia.
Pernyataan itu disampaikan Komisioner Bawaslu Jatim Abdul Qudus Salam saat membuka Rapat Koordinasi Peningkatan Kapasitas Pengawas Pemilu dalam Penulisan Pers Release dan Pengelolaan Media Sosial bagi Bawaslu Kabupaten/Kota Se-Jatim, di kantor Bawaslu Kabupaten Mojokerto, kemarin (19/3).
Menurut Qudus, panggilan akrabnya, selama ini media memiliki andil besar dalam membantu Bawaslu. Yakni, turut mengedukasi dan menginformasikan pesan kepada publik tentang kepemiluan. Misalnya, apa yang boleh dan tidak boleh dalam pemilu. ‘’Disinilah perlu ada jalinan kerja sama. Kapan sesuatu perlu kita sampaikan ke media dan tidak. Tentu hal-hal demikian itu ada ilmunya,’’ ujarnya.
Nah, lewat kegiatan ini pihaknya berharap Bawaslu di kabupaten/kota se-Jatim memahami dan memiliki ilmu bermedia itu. Selanjutnya, mengamalkannya. ‘’Kami ingin setelah ini Bawaslu kabupaten/kota di Jatim menjadi lebih dinamis dan makin melek literasi media. Tentu saja sesuai dengan kewenangan. Yakni, pencegahan, pengawasan, dan penindakan,’’ papar mantan pengurus Lakpesdam PBNU itu.
Dalam rakor peningkatan kapasitas 38 Bawaslu kabupaten/kota tersebut, lanjut Qudus, pihaknya membagi dua gelombang. Pekan sebelum dilaksanakan di Kabupaten Blitar dan Mojokerto.
‘’Setelah ini, kami juga mengharapkan, Bawaslu di daerah-daerah berlomba-lomba mengedukasi publik melalui pers maupun media sosial seperti menangkal hoaks, merespons kejadian di lapangan dengan cepat dan akurat, serta selalu berkoordinasi,’’ ungkapnya.
Sementara itu, salah seorang narasumber yang diundang adalah Sholahuddin, redaktur Jawa Pos yang juga wakil ketua PWI Jatim. Dalam kesempatan tersebut, dia menyampaikan banyak hal. Terutama tentang berita yang diminati media. ‘’Di internal Jawa Pos, ada internalisasi tentang rukun iman berita. Yakni, ketokohan, pertama atau kebaruan, kedekatan, besar, kontroversi, human interest, dan misi,’’ ujarnya.
Nah, kejadian atau peristiwa yang memenuhi rukun itulah menjadi indikator sebuah berita. Apakah berita itu penting, menarik, ataukah penting dan juga menarik. Atau sebaliknya, tidak penting dan tidak menarik. ‘’Semakin tinggi nilai dari indikator dari rukun-rukun itu maka berita itulah yang disukai media dan diminati publik,’’ paparnya.
Dalam pemberian materi tersebut, para perwakilan Bawaslu kabupaten/kota terlihat antusias. Mereka ingin mengetahui lebih jauh tentang banyak hal seputar media. Termasuk perbedaan media pers dan media non-pers. Selain itu, juga sharing tentang kode etik hingga organisasi kewartawanan.