JawaPos.com – Presiden Korsel Yoon Suk-yeol bertandang ke Jepang, Kamis (16/3). Kunjungan itu bersejarah. Betapa tidak, selama 12 tahun terakhir, tidak ada pertemuan resmi antara pucuk pimpinan dua negara tersebut. Hubungan Korsel-Jepang kerap menghangat.
Hal itu tidak lain imbas masalah era penjajahan Jepang di masa Perang Dunia II yang belum tuntas. Misalnya, terkait jugun ianfu alias perempuan penghibur dan para pekerja paksa.
”Mulai saat ini, saya ingin membuka babak baru dalam hubungan Jepang-Korsel melalui saling mengunjungi antara kedua pihak yang tidak terikat oleh formalitas,” ujar Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida setelah bertemu Yoon, seperti dikutip Agence France-Presse.
Media lokal Jepang menyebutkan, kunjungan berkala akan dilakukan lebih sering untuk membangun kepercayaan. Kishida sangat mungkin akan mengundang Yoon untuk menghadiri KTT G7 di Hiroshima pada Mei mendatang. Selanjutnya, giliran Kishida yang berkunjung ke Seoul.
Hubungan kedua negara belakangan membaik karena masalah yang sama. Yakni, ancaman dari Korea Utara (Korut). Sejak kegagalan pembicaraan damai dengan Amerika Serikat (AS), Korut kembali menggalakkan uji coba persenjataannya. Biasanya, uji coba diarahkan ke perbatasan wilayah laut Korsel atau Jepang.
Bahkan, hanya beberapa jam sebelum Yoon tiba di Jepang, Korut menembakkan rudal balistik antarbenua (ICBM). Senjata itu terbang selama 70 menit, menempuh jarak 1.000 kilometer dengan ketinggian sekitar 6 ribu kilometer, sebelum jatuh ke perairan di luar zona ekonomi eksklusif (ZEE) Jepang. Tepatnya 250 kilometer sebelah barat Pulau Oshima, Hokkaido. Kurang dari setahun, Korut sudah menguji empat ICBM. Rudal itu memiliki jangkauan hingga ke sebagian wilayah AS.
”Ancaman rudal nuklir Korut yang terus meningkat menimbulkan ancaman besar bagi perdamaian dan stabilitas. Korea dan Jepang harus bekerja sama dalam solidaritas untuk menangani ancaman ilegal tersebut dengan bijak,” ucap Yoon.
Kunjungan itu juga menghasilkan berbagai kesepakatan yang menguntungkan kedua pihak. Kementerian Perdagangan Jepang bakal mencabut pembatasan ekspor ke Korsel untuk beberapa bahan berteknologi tinggi seperti poliimida terfluorinasi, resisten atau lapisan pelindung, dan hidrogen fluorida. Produk tersebut sangat dibutuhkan Korsel untuk membuat semikonduktor.