JawaPos.com–Proses kremasi pasien Covid-19 di Krematorium Keputih, Surabaya terhambat. Pasalnya, 1 dari 3 tungku pembakaran yang dimiliki rusak.
Kepala Krematorium Keputih Eko Pramono mengatakan, kerusakan itu terjadi sejak pekan lalu. Alhasil, sampai hari ini (2/8), hanya mengoperasikan dua tungku saja.
”Kerusakan sepertinya karena dinding batu api mengalami keretakan, bahkan pecah. Selain itu, pintu dinding api juga rusak,” terang Eko pada Senin (2/8).
Hingga malam ini (2/8), tungku itu belum diaktifkan kembali. Beberapa bagian dindingnya masih dalam perbaikan dengan cara mengganti batu api.
Sebagai solusi, lanjut Eko, bagian pintunya telah dipersiapkan sembari menanti tukang yang hendak mengganti dan memasang batu api
Eko menduga kerusakan itu terjadi karena beban penggunaan yang tak sesuai peruntukannya. Misalnya, 1 tungku seyogyanya dioperasionalkan untuk 1 jenazah selama 24 jam. ”Kalau krematoriumnya sampai jadi abu hanya 1 jam, setelah itu kan harus pendinginan agar dinding api tidak rusak,” beber Eko.
Dia menambahkan, proses pendinginan membutuhkan waktu lama. Dengan meningkatnya kasus Covid-19 di Kota Pahlawan, memaksa beberapa mesin harus bekerja ekstra.
Biasanya, dalam sehari ada 6 jenazah yang hendak dikremasi. Tapi, karena kasus yang meningkat, Eko mengaku, pernah menerima hingga 12 jenazah dalan sehari.
”Yang pasti, sejak ada Covid-19, sudah tembus ribuan. Juli kasusnya paling banyak, cuma saya nggak tahu detailnya,” ungkap Eko.
Karena terlalu banyak jenazah yang harus dikremasi itu, sehingga terjadi kerusakan. Sebab suhu nyala api yang dipergunakan mencapai 2.500 derajat celcius ketika proses kremasi berjalan.
Eko menjelaskan proses krematorium sedikit tersendat karena satu mesin tidak beroperasi. Dari sebelumnya yang dapat menerima 6 jenazah, saat ini hanya 4 jenazah yang bisa diproses per hari.
”Kalau kita paksakan beroperasi, api bisa merembet ke mana-mana. Terpaksa kita hentikan. Karena, dindingnya pecah, ada keretakan,” ucap Eko.