JawaPos.com – Shazam! Fury of The Gods sejujurnya tidak menyajikan sesuatu yang lebih wah dari film pendahulunya, Shazam! yang rilis pada 2019 lalu. Jika harus menyebut satu keunggulan film ini dibanding prekuelnya, maka elemen komedilah jawabannya.

Rilis pada 15 Maret di seluruh bioskop, Shazam! Fury of The Gods bercerita tentang Shazam/Billy Batson (Zachari Levy/Asher Angel) bersama para superhero Shazam lainnya yang harus bertarung melawan tiga sosok dewi yang merupakan putri dari Dewa Atlas yang ingin merebut kekuatan mereka.

Walau sudah dikenal publik sebagai salah satu entitas super, perlakuan yang diterima Shazam tidak layaknya jagoan-jagoan DC Universe lain, seperti Superman, Wonder Woman, Aquaman, Batman, dan The Flash. Hal ini kemudian membuat Billy, yang notabene merupakan pimpinan geng superhero Shazam, menjadi frustrasi.

Kefrustrasiannya bertambah lantaran para koleganya lebih memilih untuk sibuk dengan pergumulan mereka masing-masing dan menganggap Billy adalah seorang control freak yang selalu berusaha mengatur jalan hidup mereka sebagai pahlawan super dan manusia biasa.

Dicap sebagai kumpulan superhero pecundang Philadelphia setelah tanpa sengaja menghancurkan jembatan raksasa dalam sebuah aksi penyelamatan, Billy dan para jagoan Shazam berkesempatan untuk membuktikan diri mereka setelah tiga dewi bernama Hespera (Helen Mirren), Kalypso (Lucy Liu), dan Anthea (Rachel Zegler) muncul di hadapan mereka.

Trio putri Atlas tersebut datang untuk merebut kembali sihir yang ada dalam diri para superhero Shazam, yang diyakini bukan merupakan hak mereka. Misi merebut kekuatan sihir pun lalu bereskalasi menjadi keinginan untuk menghancurkan dunia.

Seperti yang sudah dijelaskan di atas, secara keseluruhan film ini tidak lebih baik dari pendahulunya. Plot cerita yang kelewat ringan, adegan pertarungan yang begitu-begitu saja, dan sosok penjahat yang kurang menonjol serta mudah terlupakan membuat Shazam! Fury of The Gods rasanya sulit untuk dikatakan sebagai film pahlawan super yang bakal everlasting.

Walau demikian, harus diakui bahwa film berdurasi 2 jam 10 menit ini tetap bisa dinikmati. Sutradara David Sandberg sukses memasukkan unsur komedi yang cukup segar dan berhasil mengundang tawa penonton.

Kekonyolan-kekonyolan yang disajikan dalam porsi yang cukup akhirnya bisa menambal sejumlah kekurangan yang ada di film ini. Elemen ini juga membuat Shazam! Fury of The Gods menjadi film superhero DC paling bodor yang pernah dirilis.

Pada akhirnya, Shazam! Fury of The Gods tidak terkesan seperti film superhero pada umumnya, melainkan film komedi aksi dengan tone yang cerah layaknya film keluarga.

Secara keseluruhan, Shazam! Fury of The Gods tetap sebuah film yang bisa ditonton bersama keluarga. Bagi pecinta film superhero, ada baiknya tidak usah berekspektasi tinggi pada film ini, karena tanpa adanya unsur komedi, Shazam! Fury of The Gods bukanlah sebuah karya yang apik.

By admin