JawaPos.com–Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa) melantik 201 guru profesional dari program pendidikan profesi guru (PPG) dalam jabatan.
Mereka berasal dari 29 kabupaten di Jawa Timur, 3 kabupaten di Sumatera Selatan, dan 2 kabupaten di Jawa Tengah. Sebelumnya, mereka telah dinyatakan lulus ujian nasional yang dilaksanakan Direktorat Jenderal (Dirjen) PPG, Kemendikbudristekdikti.
Rektor Unusa Achmad Jazidie meminta para guru untuk terus berusaha mengingat-ingat dan meresapi sumpah serta janji yang telah diucapkan sebagai guru profesional. Saat ini, tugas sebagai guru sangat berat di tengah perubahan dan krisis etis yang terjadi di masyarakat.
”Sebagai guru profesional, kita harus memberi bekal kepada peserta didik agar hal yang kini telah terjadi tidak dilakukan peserta didik,” terang Achmad Jazidie di Auditorium lantai 9 Tower Unusa Kampus B Jemursari, Rabu (15/3).
Rektor mengingatkan, ada tiga budaya yang harus disampaikan kepada peserta didik agar krisis etik saat ini tidak terjadi. Pertama, menyampaikan tentang budaya bersalah. Kedua, budaya malu dan ketiga budaya takut.
”Tugas kita sebagai pendidik di tingkat paling dasar sungguh amat berat dan tidak ringan. Di pundak para guru masa depan negeri ini, karena kita menyiapkan generasi mendatang,” tutur Achmad Jazidie.
Menurut dia, guru sebagai bagian dari tenaga kependidikan memiliki kedudukan yang sangat penting dalam pencapaian tujuan pendidikan di sekolah. Tujuan lembaga sekolah dapat dicapai secara maksimal apabila tenaga guru memiliki profesionalisme yang telah ditetapkan meliputi profesionalisme pedagogik, sosial, profesional, dan profesionalisme kepribadian.
Dia menjelaskan, guru yang profesional akan tecermin dalam pelaksanaan pengabdian tugas-tugas yang ditandai dengan keahlian baik dalam materi maupun metode. Selain itu, ditunjukkan melalui tanggung jawabnya dalam melaksanakan seluruh pengabdian.
”Guru profesional mempunyai tanggung jawab pribadi, sosial, intelektual, moral, dan spiritual,” ucap Achmad Jazidie.
Achmad Jazidie menambahkan, profesionalisme seorang guru merupakan hal yang harus dimiliki setiap guru. Sebab, guru adalah aset nasional intelektual bangsa dalam pelaksanaan pendidikan yang mempersiapkan pengembangan potensi peserta didik dalam rangka melahirkan sumber daya manusia yang mampu, cerdas, terampil, serta berakhlak mulia guna menunjang peran serta dalam pembangunan.
Di sisi lain, lanjut dia, untuk mencapai profesionalisme bukan hal mudah. Harus melalui suatu pendidikan dan latihan yang relevan dengan profesi yang ditekuni.
”Dari profesional guru bisa timbul minat dari peserta didik untuk belajar,” tutur Achmad Jazidie.
Terpisah, Dekan FKIP Unusa Muhammad Thamrin Hidayat meminta para guru profesional meningkatkan kemampuan literasi dasar. Yakni kemampuan literasi membaca, menulis dan berhitung, menjadi kemampuan berpikir kritis, kreatif, menemukan stock learning, inkuiri, memecahkan masalah, mengatasi perbedaan, dan mengatasi berbagai perbedaan gagasan, hingga menggunakan metodologi pembelajaran yang beragam.
”Ini semua adalah karena tuntutan revolusi industri 4.0. Karena itu, para guru harus selalu belajar. Belajar harus dilakukan sepanjang hayat. Dosen dan guru harus melakukan riset tentang produk-produk yang mendukung profesinya,” papar Muhammad Thamrin Hidayat.