JawaPos.com – Setelah Liga 1 dan Liga 2, PSSI giliran mengajak klub-klub Liga 3 dan Asosiasi Provinsi (Asprov) PSSI untuk berdialog. Rencananya, sarasehan klub Liga 3 dan Asprov PSSI se-Indonesia akan digelar di Jakarta pada 19 Maret.
’’Lokasi detailnya di mana belum ditentukan. Yang pasti, sarasehan nanti membahas banyak program. Terutama kompetisi usia dini dan Liga 3,’’ tutur Eko Setyawan, anggota Exco PSSI, kepada Jawa Pos, Selasa.
Pendiri klub Liga 3 Serpong City Ricky Nelson menyambut baik kegiatan sarasehan bersama PSSI. Dalam acara tersebut, ada banyak pertanyaan yang ingin diketahui jawabannya.
Salah satunya, nasib Asprov PSSI yang pada musim 2022–2023 tetap menjalankan pertandingan Liga 3 di tingkat wilayah.
Pada musim 2022–2023, tepatnya setelah terjadi tragedi Kanjuruhan, Asprov PSSI se-Indonesia memang tidak kompak memutar Liga 3. Ada yang tetap menggulirkan kompetisi. Ada juga yang memilih untuk tidak sama sekali menggelar Liga 3.
Beberapa Asprov PSSI yang tetap menggulirkan Liga 3 adalah Banten, Sulawesi Selatan, Maluku, Sulawesi Tengah, Sulawesi Utara, Sumatera Selatan, dan Kalimantan Selatan.
Ada juga Asprov PSSI yang awalnya memutar kompetisi tapi berhenti di tengah jalan. Di antaranya, Riau dan Nusa Tenggara Barat. Sementara itu, Asprov PSSI yang sama sekali tidak memutar Liga 3 adalah DKI Jakarta dan Jawa Timur.
Nah, di Banten, Serpong City keluar sebagai juara. ’’Ya, bagaimana status tim-tim yang tetap berkompetisi di Liga 3 Asprov PSSI kemarin? Apakah ada wild card langsung lolos ke putaran nasional?’’ tutur Ricky kepada Jawa Pos tadi malam.
’’Dalam sarasehan nanti, kami juga mau ada kejelasan soal skedul Liga 3. Kami juga mau tahu secara resmi formatnya seperti apa. Apakah ada yang baru atau tidak,’’ imbuh mantan pelatih Persipura Jayapura tersebut.
Terkait peserta Liga 3, mantan pelatih Borneo FC Samarinda itu berharap PSSI mempertimbangkan nilai kompetitif. Menurut Ricky, di Liga 3 Banten, beberapa tim terkesan sekadar berpartisipasi.
’’Menurut saya, bagusnya Liga 3 dibuat kompetisi sendiri. Terlalu banyak tim serius akhirnya tidak seimbang dengan tim-tim yang hanya berpartisipasi. Mungkin lebih baik ada Liga 4 atau Liga 5,’’ tegasnya.