JawaPos.com – Pasca memecahkan rekor Peter Schmeichel sebagai kiper Manchester United dengan nirbobol terbanyak (181) di final Piala Liga (27/2), performa David de Gea menurun.
Tiga laga terakhir, De Gea tidak bisa tidak kebobolan. Termasuk 7 gol yang dilesakkan ke gawangnya oleh para pemain Liverpool FC di Anfield (5/3).
Ketika lawan Real Betis dalam Liga Europa di Old Trafford kemarin dini hari (10/3) WIB, De Gea tak hanya gagal membendung gol false nine Ayoze Perez pada menit ke-32.
Kiper 32 tahun itu juga beberapa kali melepaskan operan atau tendangan yang malah mengarah ke pemain Betis ketimbang rekannya di United.
Salah satunya hampir menjadi gol kedua Perez pada awal babak kedua. Begitu mendapat bola gratis dari De Gea, Perez kemudian merangsek ke kotak 16.
Sayang, sepakan pemain pinjaman dari Leicester City itu hanya bisa mengecoh De Gea, tetapi bola masih menerpa tiang jauh.
Terkait beberapa kali salah oper De Gea, tactician United Erik ten Hag memberikan pembelaan.
Salah satunya ”mengambinghitamkan” bola Molten. Bola buatan produsen asal Jepang itu memang jadi bola resmi untuk Liga Europa. Bukan bola dari Nike yang selama ini familier bagi De Gea.
”Saya tidak bisa menyangkalnya (kesalahan De Gea, Red), tetapi kita telah melihat dalam beberapa pertandingan dia bermain sangat bagus,” tutur Ten Hag.
”Saya tidak bisa memastikan masalahnya. Angin berembus kencang dan bolanya juga berbeda. Itu bisa memberi masalah adaptasi,” imbuh pelatih asal Belanda tersebut.
Bola Molten di Liga Europa musim kini memiliki ciri khas warna oranye dan ”gelombang energi”.
Versi Molten, gelombang energi itu merupakan teknologi ikatan termal untuk mempertahankan bentuk dan tekstur bola supaya meningkatkan performa bola saat di udara.
Sementara bola Nike musim ini diklaim lebih akurat 30 persen ketika dilambungkan kalau dibandingkan dengan bola mereka edisi sebelumnya. Empat panel yang menyatu juga membuat bidikan lebih bertenaga.