JawaPos.com–Dokter spesialis andrologi dan seksologi RS Cipto Mangunkusumo (RSCM) Kencana Silvia W. Lestari mengatakan, pemakaian celana yang ketat dan berbahan keras dapat memengaruhi kualitas sperma pada pria.
”Karena dia letaknya di luar, ada pengaruh dari penggunaan pakaian yang ketat, pakaian dalam kah atau celana panjang dari bahan yang keras seperti jeans,” ucap Silvia W. Lestari seperti dilansir dari Antara dalam diskusi tentang faktor sperma pada infertilitas pria yang diikuti secara daring di Jakarta, Jumat (10/3).
Silvia menambahkan, penggunaan celana yang ketat dapat menekan organ reproduksi pria. Sehingga, memengaruhi kualitas sperma yang dihasilkan.
Dia menambahkan, gaya hidup tidak sehat seperti merokok dan minum alkohol juga tidak dianjurkan. Sebab, dapat memengaruhi kualitas sperma. Di samping itu juga ada beberapa olahraga yang tidak disarankan untuk dilakukan karena memengaruhi kesehatan organ reproduksi pria.
”Biasanya selain sepeda juga tidak dianjurkan melakukan olahraga yang meningkatkan beban perut, seperti sit up atau angkat beban, jadi yang aman berupa jalan, lari, atau berenang,” ucap Silvia.
Untuk menjaga kualitas sperma tetap baik, lanjut dia, pria sebaiknya mengonsumsi makanan yang bergizi dan mengandung protein tinggi serta mengandung antioksidan. Makanan tersebut bisa berupa ikan, ayam, telur, sayur, serta buah-buahan.
Namun, menurut dia, pengolahan makanan tersebut juga perlu diperhatikan. Sebab, kualitas sperma juga berpengaruh pada makanan yang dikonsumsi sehari-hari seperti tidak digoreng atau tidak dibakar.
”Dianjurkan pengolahannya direbus, dipepes (kukus), dibuat sup atau ditumis, itu akan menghasilkan sel benih sperma dan DNA yang utuh dan bisa menghamili,” tutur Silvia W. Lestari.
Silvia mengatakan, kualitas sperma tidak bisa dilihat dari kasat mata. Harus diperiksa menggunakan mikroskop. Sebab, tanpa sadar gangguan hormon utamanya pada pria tidak bisa dideteksi tanpa analisis sperma.
Bagi pasangan suami istri yang sedang merencanakan kehamilan, sebaiknya memperbaiki pola hidup sehat dan melakukan pemeriksaan sedini mungkin agar bisa diobati jika ada gangguan hormon reproduksi.
”Perbaikan sperma akan terjadi dalam waktu 3-6 bulan, bersamaan dengan istri dan dokter obgyn apakah ada endometriosis atau PCOS, jadi yang dilakukan peningkatan kualitas sperma, peningkatan kualitas sel telur, dan penyakit penyerta yang bisa memengaruhi kualitas telur atau embrio nantinya,” terang Silvia.
Pria juga bisa melakukan pemeriksaan hormon reproduksi sedini mungkin. Bahkan, sebelum menikah dengan memperhatikan jika testis kecil atau hanya satu dan tanda-tanda rambut yang tumbuh sedikit karena kadar testosteron yang minim.