Sebagai anak yang ’’spesial”, Adhani Fiqriansyah Afianto membuktikan bahwa dirinya berhasil lulus S-2 manajemen di Universitas Hayam Wuruk (UHW) Perbanas Surabaya. Laki-laki kelahiran 1999 itu pun ingin membangun bisnis sebagai bentuk kemandirian.

SEPTINDA AYU PRAMITASARI, Surabaya

ANDI Syahdatul Bahria, ibu Adhani Fiqriansyah Afianto SM MM, begitu bangga melihat anaknya bisa membuktikan kemampuannya di bidang pendidikan. Adhani yang sejak kecil didiagnosis autis berhasil lulus sidang terbuka S-2 manajemen di UHW pada Kamis (23/3). Apalagi, setiap semesternya nilai IPK Adhani selalu cum laude. IPK-nya 3,79.

’’Alhamdulillah. Saya bangga. Sekarang sudah lulus S-2,” kata Andi kepada Jawa Pos.

Andi mengatakan, sejak usia 1,5 tahun Adhani sedikit ’’berbeda” dengan yang lain. Biasanya, di usia tersebut, anak sudah bisa tengkurap, duduk, dan berjalan. Namun, putra ketiga di antara empat bersaudara itu tidak bisa.

’’Akhirnya, saya ke dokter. Ternyata, anak saya mengalami autisme dengan tipe masih rendah,” ujarnya.

Adhani pun baru bisa berjalan pada usia 3 tahun. Itu pun harus dibantu berdiri. Sebab, dokter menyebut tulang Adhani rapuh. Meski begitu, sejak usia 3 tahun, dia selalu bersemangat dan kuat. ’’Anak saya tidak mau dikatakan tidak normal,” kata dia.

Melihat kondisi anaknya tersebut, Andi pun terus bersemangat membantu terapi bicara. Di usia 5 tahun, Adhani belum bisa bicara sempurna. Namun, dengan ketekunannya, pelan-pelan Adhani mulai memahami isi pembicaraan.

’’Saya juga masukkan ke playgroup selayaknya anak biasa,” ujarnya.

Sejak belajar di playgroup, lanjut dia, Adhani cukup aktif. Meski begitu, dia tetap fokus pada apa yang dipelajari. Dia selalu melihat sesuatu harus sempurna. Dan, mengalami ketakutan terhadap suara petir. ’’Dia selalu bersembunyi setiap mendengar petir,” kisahnya.

Andi menuturkan, dokter mengatakan bahwa Adhani mengalami autisme. Namun, dengan kelebihan kecerdasan. Sejak TK hingga SMA, Adhani tidak masuk di sekolah inklusi. Dia justru masuk di sekolah umum. Saat mengikuti ujian masuk sekolah, Adhani hanya butuh waktu lima menit untuk menyelesaikannya.

’’Anak saya ini punya kemampuan membaca cepat. Awalnya sempat ditolak karena autisme. Akhirnya diterima,” kata dia.

Hingga akhirnya, Adhani diterima kuliah di UHW Perbanas Surabaya Program Studi (Prodi) Manajemen. Sejatinya, dengan nilai yang dimiliki, Adhani mampu diterima di perguruan tinggi negeri (PTN). Namun, akhirnya memutuskan untuk masuk di UHW.

’’Kami hanya memikirkan lingkungan kampus yang baik untuk anak spesial seperti Adhani. Karena anak saya ingin diperlakukan seperti anak normal lainnya. Jika di PTN, lingkupnya luas. Saya sulit mengontrol,” ujarnya.

Andi mengatakan, anaknya diterima dengan baik di lingkungan UHW Perbanas. Ada teman-teman yang menerima dia di kampus. Jadi, Adhani bisa kuliah sesuai dengan passion dan nyaman.

’’Anak-anak seperti Adhani harus diterima di lingkungan akademik maupun kerja. Sebab, anak spesial memiliki kelebihan masing-masing,” ujarnya.

Adhani mengatakan sejak S-1 sudah tertarik pada dunia bisnis. Karena itu, dia mengambil prodi manajemen dengan konsentrasi pemasaran. Setelah lulus, langsung melanjutkan di prodi yang sama dengan konsentrasi yang sama.

”Saya ingin mengembangkan bisnis di Surabaya. Bisnis kecil-kecilan,” kata laki-laki yang terlahir dari keluarga pengusaha ekspor di Makassar itu.

Adhani memang memiliki passion di dunia bisnis dan pemasaran. Karena itu, dia sangat fokus untuk bisa mewujudkan impiannya berbisnis. Termasuk menempuh pendidikan di bidang manajemen pemasaran.

’’Selama kuliah, saya tidak ada kesulitan. Semua seperti family,” katanya.

’’Saya bukan tipe orang yang multitasking. Saya hanya bisa fokus dengan satu tujuan atau kegiatan. Jadi, setelah lulus S-1, saya fokus untuk lulus S-2,” katanya. (*/c6/git)

By admin