Merdunya kicau burung memikat Renaldi Davidi Husada. Burung pertama yang dipelihara adalah kenari pemberian omnya ketika dirinya SD.
—
DARI situ, kesenangannya akan dunia kicau terus tumbuh. Dia akhirnya membeli burung pentet atau cendet dari pasar burung. Setelah mendalaminya, akhirnya dia tahu kalau ada kontes burung. ”Saya coba lombakan pentet yang saya beli. Tidak disangka, burung itu juara tiga. Dari situ, saya mulai menggeluti hobi memelihara burung kicau ini secara mendalam,’’ ungkapnya.
Kini Renaldi dikenal sebagai salah satu spesialis pemain cendet. Prestasi yang didapat juga sudah sangat banyak. Berbagai event kolosal pernah dimenanginya. Di antaranya, Presiden Cup, Piala Raja, dan BnR Award. ”Pentet Monster ribuan kali juara sejak 2013 sampai sekarang,” ucapnya menyebut nama burung jagoannya. Performa prima burung tersebut membuat Renaldi kepincut. Pada 2015, Pentet Monster akhirnya menjadi miliknya dengan market value tiga digit.
Dia menjelaskan, jika di arena, membeli burung yang juara saat lomba pasti harganya sangat mahal. Namun, di tangan pemilik barunya, burung itu belum tentu juara di lomba berikutnya. ”Nah, di sinilah sebenarnya seni burung kicau. Burung dan pemilik memang harus benar-benar sehati. Balik lagi ke faktor hoki,” sebutnya.
Untuk menjadikan burung sebagai jawara di lomba, menurut dia, ada berbagai trik. Berbagai perawatan, antara lain, menjemur, membersihkan, olahraga, memberi asupan gizi yang pas, terutama kasih sayang. ”Perlu juga kasih sayang dengan burung tersebut,’’ kata pengusaha asal Bandung itu.
Kebetulan, sambung dia, setiap burung jagoannya dipegang satu joki. Jadi, setiap joki punya pegangan jawara masing-masing. ”Dengan cara itu, kita dapat lebih mudah untuk memahami karakter burung tersebut,’’ bebernya.
Renaldi menyebut memiliki home base untuk burung-burungnya di kawasan Dago, Bandung. ’’Ada empat joki lomba dan empat joki rawat. Total burung ndak kehitung. Kalau dijumlah semua burung, mungkin 100 lebih,’’ ucapnya.
Karena memiliki tempat dan SDM yang cukup mumpuni, Renaldi juga sempat mencetak burung-burung dari yang baru lahir. ’’Saya sempat ambil anakan burung dan dimasterin sendiri. Ada murai, cendet, dan anis merah dari berbagai kota di Indonesia. Memang ada yang jadi juara, tetapi tak sedikit juga yang gagal,’’ akunya. Menurut dia, Indonesia bisa dibilang surganya pencinta burung. ”Jenis burung kicau di Indonesia itu banyak banget variasinya,” tutur dia.
Selain momen bahagia jika burung juara, ada momen sedih seperti ketika burung sakit, lalu mati. Salah satu momen yang menyedihkan, bagi dia, adalah ketika dua ekor burung terbaiknya yang bernama Busur Asmara dan Densus mati. Busur yang pernah memenangi Piala Jokowi mati karena tumor otak. Sementara itu, Densus yang sudah ratusan kali juara sakit saluran pernapasan. ”Sempat dibawa ke dokter hewan, tetapi tak selamat juga,” ceritanya.
Selain itu, ada beberapa burung yang mati saat dibelinya di arena lomba. ”Burung lepas ini hal yang biasa. Saya juga berkali-kali salah beli burung karena seni main burung adalah burung juara pasti mahal, tetapi burung mahal, belum tentu juara,” sebutnya.
Alumnus University of San Fransisco itu menyebutkan, Pentet Monster memiliki materi di atas rata-rata. Sebelum Covid-19, Pentet Monster juara Piala Raja di Candi Prambanan. Setelah berkali-kali juara, berbagai penawaran datang untuk membeli burung kesayangannya itu. ”Yang nawar banyak, tapi belum saya lepas. Dan nggak akan pernah saya lepas, selamanya ikut saya,” tegasnya.
Baca Juga: Teror Ketuk Pintu di Ngawi, Lima Rumah Disambangi Makhluk Misterius
Selain sudah jatuh hati, menurut dia, burung tidak ada masa aktif untuk terus juara. Sebab, banyak contoh yang masih sering juara hingga belasan tahun. ”Bergantung. Balik lagi, jodoh-jodohan dan hoki,” katanya. Selain Pentet Monster, salah satu jagoan Renaldi yang kini eksis adalah kacer bernama DP. ”Kalau yang ini, baru saya take over Maret lalu,” ucapnya. Terakhir, di event Kacer Mania Bandung, kacer DP meraih juara satu sebanyak 4 kali, juara dua sekali, dan juara tiga sekali.