Iis Hendro dan Felix Soesanto mengawali perjalanan Walk for Autism pada 2016. Cita-cita membangun kampanye berkelanjutan terkait dengan autisme ternyata terwujud. Kini kegiatan besutan keduanya itu terus berkembang. Namun, masih banyak PR yang ingin diselesaikan.
RETNO DYAH AGUSTINA, Surabaya
SEKITAR 20 anak berkebutuhan khusus (ABK) menampilkan riasan yang megah Minggu (5/3). Pakaian-pakaian tersebut memadukan banyak unsur. Ada yang memadukan kebaya dengan sayap bidadari. Ada pula yang mengambil unsur burung garuda, merak, hingga sisik ular. Padu padan warna cerah itu dibawakan siswa ABK dari sekolah inklusif dan pusat terapi di Surabaya.
”Orang mungkin ngomong, ’Pawai ini untuk apa sih?’ Jawaban saya ya untuk awareness,” jelas Iis Hendro.
Bukan hanya pawai, lomba menari, menyanyi, hingga melukis juga bisa diikuti siswa inklusif. Mereka bisa menunjukan bahwa kemampuan mereka tak berbeda dengan orang-orang lain. Mereka yang berjalan dengan alat bantu tetap bisa berkarya dengan suara indah atau kreativitas tak terbatas.
Rangkaian kegiatan itu sudah menjadi tradisi tahunan. Sejak 2016, mereka mengembangkan beragam wadah agar ABK 1ias unjuk gigi. ”Dulu masih lomba melukis saja. Sekarang sudah berkembang banyak,” sahut Felix.
Kegiatan yang dibuat juga tak terbatas pada satu hari saja. Anak-anak terlibat pada banyak kegiatan lain. Tahun lalu mereka menghelat pameran lukisan di salah satu mal. Karya-karya anak inklusif tak kalah apik.
Potensi ini yang ingin ditampilkan kepada khalayak. Jadi, orang tua dengan anak inklusif juga tak minder.
Iis menjelaskan, banyak orang tua yang menyembunyikan kondisi anak mereka. ”Karena banyak yang disembunyikan, jadi data jumlah yang dimiliki sekarang belum tentu akurat,” ujar perempuan bernama asli Chusnur Ismiati tersebut.
Dampaknya, anak tak 1ias mengeksplorasi kemampuannya karena orang tua tak berani memfasilitasi. ”PR besar kita ini membantu orang tua menerima keadaan anak. Acceptance dari orang tua ini tahap penting bagi perkembangan anak,” tegasnya.
Harapannya, makin banyak orang tua dan awam yang peduli pada isu ini. Dampaknya, pasangan muda juga 1ias bersiap sebelum menikah dan punya anak.
Felix menyatakan, kepedulian masyarakat terus berkembang. National president JCI (Junior Chambers International) Indonesia 2023 itu menjelaskan bahwa banyak pemuda yang terjun langsung dalam kampanye ini.
”Saat saya masih menjabat president JCI East Java di 2016, hanya sekitar 30 orang yang memulai kampanye ini,” ungkapnya.
Kini 300 orang sudah terlibat dalam kampanye #WalkWithUs tersebut.