
Setidaknya 950 abdi, dan sentono dalem menerima zakat fitrah berupa bingkisan yang berisi kebutuhan pokok sehari-hari, seperti beras, minyak goreng, mi instan, kecap, sarung, dan baju muslim pria.
Penyerahan zakat fitrah ini berlangsung di Pagelaran Keraton Surakarta, Kamis (27/3). Lokasi itu dipilih karena memiliki makna historis, dan spiritual yang mendalam bagi keluarga besar keraton.
Acara menyambut Idulfitri 1446 Hijriah ini diprakarsai oleh Lembaga Dewan Adat (LDA).
Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Koes Moertiyah Wandansari memimpin langsung acara tersebut.
Putri Pakubuwana XII yang karib disapa Gusti Moeng ini selaku Pengageng Sasana Wilapa, dan Ketua LDA dianggap menjadi simbol penting bagi keraton.
Sebelum penyerahan zakat fitrah, para abdi, dan sentono dalem mendapatkan kesempatan untuk mendengarkan tausiah yang disampaikan oleh Ustaz Sukarman.
Dalam tausiahnya, Ustaz Sukarman mengupas tuntas ajaran Serat Wulangreh karya Sri Susuhunan Pakubuwana IV, sebuah karya sastra klasik yang sarat dengan nilai-nilai luhur tentang budi pekerti, kesetiaan, dan pengabdian.
Tausiah ini diharapkan dapat menjadi pedoman bagi para abdi dalem dalam menjalankan tugas sehari-hari, dan menjaga keluhuran budaya Jawa.
Setelah tausiah, suasana kebersamaan makin terasa saat para abdi, dan sentono dalem berkumpul untuk berbuka puasa bersama.
Momen ini menjadi kesempatan untuk saling bertukar cerita, berbagi pengalaman, dan mempererat tali persaudaraan.
Buka puasa bersama ini bukan hanya sekadar ritual makan, tetapi juga menjadi simbol solidaritas, dan kebersamaan di antara keluarga besar keraton.
Penerima zakat fitrah ini mencakup seluruh lapisan abdi dalem, termasuk sentono dalem, abdi dalem garap, prajurit keraton, abdi dalem ulama, juru kunci makam Imogiri, juru kunci makam Kota Gede.
Termasuk juru kunci makam Laweyan, abdi dalem bon darat, abdi dalem tugur, anggota Sanggar Pasinaon, pambiwara, hingga anggota Polsek, dan Koramil setempat.
Menurutnya, ini menunjukkan keraton memberikan perhatian sama kepada seluruh elemen yang berkontribusi dalam menjaga keluhuran, dan keberlangsungan tradisi.
“Kami berharap zakat fitrah ini dapat meringankan beban para abdi dalem, dan memberikan kebahagiaan di bulan Ramadan yang penuh berkah ini,” ujar Gusti Moeng.
Selain pembagian zakat fitrah, Keraton Surakarta juga menggelar khataman Al-Qur’an yang berlangsung khidmat pada Rabu (26/3) kemarin.
Acara yang dipimpin oleh Gusti Moeng dan para ulama keraton ini diikuti oleh para sentono dalem dan abdi dalem dengan penuh khusyuk.
Dia menjelaskan khataman ini menjadi momen penting untuk merenungkan makna Al-Qur’an, dan memohon keberkahan dari Allah SWT bagi keraton, dan seluruh masyarakat.
“Kegiatan Khataman Al-Qur’an, dan pembagian zakat fitrah merupakan bagian dari komitmen Keraton Surakarta dalam melestarikan budaya Jawa, dan memberikan kontribusi positif bagi kesejahteraan masyarakat,” katanya.
Keraton Surakarta meyakini bahwa tradisi, dan spiritualitas harus berjalan beriringan untuk dapat menciptakan harmoni, dan kedamaian di dalam keraton serta lingkungan sekitarnya.
“Keraton Surakarta senantiasa berupaya untuk menjaga kesejahteraan para abdi dalem karena mereka adalah pilar utama dalam pelestarian budaya Jawa. Kami berharap zakat fitrah ini dapat memberikan manfaat, dan kebahagiaan bagi mereka,” ujar Gusti Moeng.(wsn/jpnn)