TABANAN, beritaterkini.co.id | DTW Jatiluwih paling menonjolkan keindahan sawah bertingkat, yang dianggap sebagai warisan leluhur sejak zaman abad ke-11.

Tak mengherankan, DTW Jatiluwih banyak dikunjungi para wisatawan, baik domestik maupun mancanegara dengan melihat keindahan sawah, bersepeda dan trekking di sawah.

“Selain sawah, wisatawan juga bisa trekking di hutan dan bisa glamping-glamping disini serta melihat perkebunan masyarakat yang ada disini,” kata Manager DTW Jatiluwih John Ketut Purna di Tabanan, Sabtu, 25 Mei 2024.

Dengan adanya event KTT World Water Forum (WWF) ke-10 di Bali diakuinya sangat berdampak baik bagi DTW Jatiluwih, dikarenakan semua kegiatan penyambutan Delegasi WWF di Jatiluwih bersama-sama masyarakat lokal.

“Ini semua penari bisa hidup disini, ada gong dan kuliner lokal khusus Jatiluwih bisa kita hidupkan disini. Bahkan, petani-petani juga kita ikutkan juga dalam penyambutan Delegasi WWF,” kata Ketut Purna.

Saat kedatangan Delegasi WWF, pihaknya menyambut tamu dengan tari Rejang Kesari sebagai bentuk persembahan untuk Dewi Sri yang diyakini sebagai tarian khusus yang hanya ada di Desa Jatiluwih.

“Tarian ini khusus untuk Dewi Sri buat kesuburan dan kemakmuran di sawah,” terangnya.

Sementara persiapan menyambut Delegasi WWF sudah dilakukan hampir sebulan yang lalu, karena pihaknya berkeinginan adanya dampak positif atas kunjungan Delegasi WWF ke DTW Jatiluwih.

“Setelah kunjungan Delegasi WWF ini terjadi peningkatan jumlah wisatawan, baik itu domestik maupun mancanegara meningkat dari jumlah sebelumnya. Ini sangat berdampak positif,” ungkapnya.

Dari hari pertama kunjungan Delegasi WWF, diakui Ketut Purna sangat tertarik atas komentar Delegasi Thailand. Meski sawahnya di Thailand sangat luar biasa dan sistem pertanian sudah jauh diatas Indonesia, tapi tetap mengagumi sawah bertingkat dan jenis padi merah yang dimiliki Jatiluwih.

Hal senada juga disampaikan Delegasi WWF dari negara lainnya, khususnya Menteri Pertanian Namibia yang menyatakan, bahwa seharusnya seluruh peserta Delegasi WWF itu belajar mengatur tata kelola air yang sebenarnya dan kebutuhan air itu buat kesejahteraan bersama.

“Seharusnya semua Delegasi WWF datang ke Jatiluwih, karena disinilah kita dengan sistem Subak Irigasi yang kita anut ini sudah sangat mensejahterakan masyarakat,” tegasnya.

Sebagai informasi, kunjungan Delegasi WWF ke DTW Jatiluwih, pada hari terakhir pelaksanaan KTT WWF berjumlah hampir 100 orang.

Dihadapan 100 orang Delegasi WWF, Ketut Purna menjelaskan masyarakat Desa Jatiluwih berjumlah 3.000 orang yang hampir 90 persen berprofesi sebagai petani.

“Beras merah kita disini cuma ada satu-satunya Cendana ini ada di Jatiluwih dan bagaimana kita mengatur pengairan sawah,” tandasnya.

Untuk meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan, pihaknya bakal mengadakan event Jatiluwih Festival pada bulan Juni 2024 mendatang.

Meski demikian, DTW Jatiluwih dimasukkan oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf), dalam ajang The Best Tourism Village oleh UN Tourism dan kini masuk 8 besar, yang nantinya bakal diadu lagi di PBB.

“Kami ucapkan terima kasih kepada Menteri Sandiaga Uno. Mudah-mudahan DTW Jatiluwih akan memenangkan untuk The Best Tourism Village itu,” harapnya.

Patut diketahui, sejak DTW Jatiluwih ditetapkan sebagai Warisan Budaya Dunia oleh UNESCO dibentuk Badan Pengelola Daya Tarik Wisata (DTW) Desa Jatiluwih yang dalam pelaksanaan kegiatan dijalankan Manajemen Operasional DTW Jatiluwih.

Artikel Dimasukkan Kemenparekraf, DTW Jatiluwih Masuk 8 Besar The Best Tourism Village di PBB   pertama kali tampil pada Berita Terkini.

By admin