Mengenakan pakaian serba putih, ratusan umat Buddha di Ibu Kota Jawa Tengah (Jateng) itu tampak khidmat mengikuti serangkaian ibadah memperingati tiga peristiwa penting Siddharta Gautama.
Puja-puja penghormatan dan doa penuh perenungan dilantunkan para umat dipandu biksu dan atthasilani mengenang kelahiran, pencerahan agung, hingga parinirvana atau wafatnya sang Buddha.
Pradaksina menjadi ritual berikutnya yang dilakukan umat Buddha. Mereka mengelilingi replika candi yang ada di vihara tersebut searah jarum jam sebanyak tiga kali dengan posisi tempat puja di sebelah kanan.
Romo Priyono Piyamanno, Pengurus Vihara Tanah Putih menyebut ritual mengelilingi simbol buddhis itu merupakan wujud penghormatan kepada Buddha Sakyamuni.
“Di situ juga ada rupang Sidharta Gautama untuk objek penghormatan,” kata Romo Priyono Piyamanno, menjelaskan Puja Pradaksina merupakan perdana terlaksana di Vihara Tanah Putih.
Kali pertama tersebut lantaran duplikat candi masih dalam tahap pembangunan. Menurutmu, ritual tersebut menjadi istimewa karena memberikan penghormatan langsung kepada sang Buddha.
Waisak tahun ini mengusung tema “Memperkokoh Persatuan dan Keberagaman” dengan dasar Indonesia tidak hanya terdiri dari satu golongan saja.
Kepala Vihara Tanah Putih Bhikkhu Cattamano Mahathera mengatakan seluruh masyarakat perlu menjaga persatuan bangsa yang terdiri dari berbagai suku, ras, dan agama itu.
“Itu harus kita dasari dari dalam diri kita, terutama kita mempunyai perilaku-perilaku yang baik sehingga orang lain juga akan ikut mencontoh, dan meneladani hal-hal yang baik,” katanya.
Menurutnya, perilaku yang baik di antaranya harus memiliki budaya akan rasa malu melakukannya perbuatan buruk. “Ini dasar supaya kita ini persatuan dalam keberagaman itu sendiri,” ujarnya.
Dalam perayaan Waisak di Vihara Tanah Putih tersebut juga dimeriahkan oleh tokoh-tokoh lintas agama dan kepercayaan yang ada di Kota Semarang. Mereka bersuka cita dan memupuk tingginya toleransi.(mcr5/jpnn)