JawaPos.com – Sudah saatnya ASEAN menjadi episentrum pertumbuhan ekonomi global. Dalam sedekade terakhir, ekonomi kawasan tumbuh rerata mencapai 3,98 persen secara tahunan.
Lebih tinggi daripada rata-rata pertumbuhan ekonomi global sebesar 2,6 persen. Karena itu, penting menerapkan bauran kebijakan (policy mix) ekonomi makro yang prudent secara regional.
Berkaca dari pengalaman menghadapi krisis multidimensi sejak 2020 sampai saat ini, pemerintah dan bank sentral tidak bisa merespons dengan hanya kebijakan tunggal.
“The policy mix is becoming important,” tegas Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo dalam gala seminar bertajuk Enhancing Policy Calibration for Macro Financial Resilience di Bali Nusa Dua Convention Center Rabu (29/3).
Meski demikian, koordinasi sangat penting dalam menjaga perekonomian negara-negara ASEAN. Termasuk koordinasi di antara para gubernur bank sentral dalam kawasan.
“Saya bisa dibilang telepon setiap hari. Hubungan gubernur bank sentral ASEAN ini sangat erat. Kami memiliki komunikasi yang kuat,” ungkapnya.
Berkaca pada pengalaman, lanjut dia, meredam gejolak inflasi global tidak melulu harus menaikkan suku bunga. Indonesia memiliki bauran kebijakan nasional.
Meliputi bauran kebijakan fiskal dan moneter, bauran kebijakan memperdalam pasar finansial dan reformasi sektor finansial, digitalisasi, akselerasi transformasi sektor riil, serta ekonomi hijau berkelanjutan.
Gubernur Bank Sentral Filipina (BSP) Felipe M. Medalla menyebut perlunya adaptasi kebijakan yang cepat. Inflasi tetap menjadi sasaran utama. Strategi kebijakan moneter dengan instrumen yang beragam diterapkan.