JawaPos.com – Restrukturisasi mesin menjadi andalan pemerintah untuk mendorong kinerja industri tekstil dan pengolahan tekstil (TPT). Sebab, program itu bisa meningkatkan efisiensi dan ramah lingkungan sehingga dapat meningkatkan daya saing.

Plt Direktur Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil (IKFT) Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Ignatius Warsito mengatakan, program restrukturisasi kembali dilaksanakan setelah sebelumnya dimanfaatkan oleh 23 perusahaan pada 2021 dan 2022.

“Program itu terbukti dapat meningkatkan produktivitas, efisiensi, dan kualitas produk,” ujarnya Rabu (29/3).

Kinerja industri TPT pada tahun lalu masih menunjukkan hasil yang baik di tengah tekanan krisis global. Nilai ekspor mencapai USD 13,83 miliar dengan total penyerapan tenaga kerja sebanyak 3,65 juta orang.

“Dari sisi PDB, industri TPT mengalami pertumbuhan 9,34 persen dan berkontribusi sebesar 1,03 persen terhadap PDB nasional,” tambahnya.

Program restrukturisasi mesin atau peralatan 2023 fokus pada industri penyempurnaan kain dan pencetakan kain. Target keikutsertaan mencapai 13 perusahaan dengan total anggaran sebesar Rp 4,7 miliar.

Dengan anggaran tersebut, akan dilakukan penggantian (reimburse) potongan harga senilai 10 persen dari total investasi mesin/peralatan yang berasal dari impor, atau 25 persen untuk mesin atau peralatan produksi dalam negeri. Perusahaan dapat mengajukan permohonan mulai 24 Maret sampai 30 Juni 2023.

“Perusahaan industri TPT diharapkan dapat memanfaatkan program secara optimal dalam rangka meningkatkan produktivitas, efisiensi, dan kualitas produk dalam rangka kemajuan perusahaan dan industri tekstil pada umumnya,” ucap Warsito.

Sementara itu, Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) meyakini bahwa industri TPT nasional masih mempunyai masa depan yang cerah. Ketua Umum API Jemmy Kartiwa Sastraatmaja menyatakan, infrastruktur mesin dan aksesori industri memungkinkan perusahaan untuk melakukan transisi lebih cepat ke industri 4.0 tanpa banyak kerumitan.

“Indonesia saat ini harus mengadopsi dan mempelajari teknik teknologi baru di semua jenis tekstil. Termasuk penggunaan material dan peralatan yang dapat memacu produktivitas tekstil,” tuturnya.

Meski menjadi salah satu produsen pakaian jadi yang unggul di dunia, hingga 2021 Indonesia masih belum dapat masuk dalam ranking sepuluh besar produsen TPT dunia. Sebelumnya, pada 2017–2020, Indonesia sempat termasuk negara eksportir pakaian jadi terbesar di dunia.

“Saat ini negara yang paling unggul dalam ekspor TPT, termasuk ekspor produk mesin, didominasi oleh negara-negara Asia. Yakni Tiongkok, Jerman, Bangladesh, Vietnam, dan India,” tambahnya.

Dalam konteks Asia maupun dunia, sambung Jemmy, Indonesia dinilai masih harus berjuang mendorong peningkatan daya saing untuk dapat bersaing lebih baik lagi dengan negara-negara pesaing tersebut. “Peningkatan daya saing tersebut dilakukan melalui dorongan perbaikan regulasi serta pembenahan industri,” pungkasnya.

TREN PERTUMBUHAN INDUSTRI TPT

Tahun | Pertumbuhan

2018 | 8,73 persen

2019 | 15,35 persen

2020 | -8,88 persen

2021 | 6,08 persen

2022 | 8,08 persen

Diolah dari berbagai sumber

By admin