JawaPos.com – Film-film yang tayang di bioskop baik film dalam negeri ataupun luar negeri cukup memang banyak dalam 3 bulan belakangan. Kendati demikian, tidak ada film yang benar-benar menonjol ditonton oleh banyak orang.
Alhasil, kondisi bioskop saat ini bisa dibilang agak lesu dengan pendapatan jauh berkurang dari seharusnya. Hal itu diungkapkan Ketua Gabungan Pengusaha Bioskop Indonesia (GPBSI) H. Djonny Syafruddin dalam momentum Hari Film Nasional.
“Sekarang pendapatannya 40 persen- 50 persen. Film impor yang menunjang bioskop juga kurang (nendang). Film impor selama ini banyak membantu kalau tidak bioskop bisa tutup,” katanya kepada JawaPos.com melalui sambungan telepon, Kamis (30/3).
Djonny Syafruddin menilai takdir sebuah film di bioskop tidak bisa dihitung secara matematis. Ada film yang awalnya dianggap biasa saja tiba-tiba ditonton hingga jutaan kali. Ada juga film dengan nama besar diperkirakan akan bagus nyatanya hasilnya kurang memuaskan.
Menurutnya, suatu film akan bagus atau tidak di bioskop ditunjang oleh banyak faktor. Mulai dari situasi ekonomi, politik, hingga masalah timing. “Faktor penentunya ada banyak tidak tunggal,” katanya.
Beberapa tahun belakangan film bioskop yang laris manis adalah film dengan genre horor. Di awal tahun 2023 ini, film-film yang tayang di bioskop didominasi film horor. Sayangnya hal itu tidak lantas membuat bioskop semakin bergairah.
Dari banyak judul film horor yang dirilis di tahun ini, baru ada safu film, Waktu Maghrib, yang berhasil ditonton lebih dari 1 juta penonton. Sampai saat ini film arahan sutradara Sidharta Tata itu ditonton sebanyak 2,3 juta penonton.
Dan di antara banyak judul film dirilis dalam 3 bulan belakangan, baru ada satu film yaitu Waktu Maghrib yang berhasil ditonton di atas 1 juta penonton.
Djonny Syafruddin berharap produser dan sutradara dapat menghadirkan film genre-genre lain supaya bioskop jadi semakin berwarna. “Kita hanya bisa mengimbau tapi kan tergantung sama produsernya karena mereka yang punya duit,” tuturnya.