Saya Sangat Sedih, Mana Tinggal 1,5 Bulan Lagi
Sudah berlatih sangat keras, tapi kini mimpi para penggawa timnas U-20 bisa lenyap seperti senior mereka yang kehilangan kesempatan akibat pandemi dua tahun lalu. Memperjuangkan kemerdekaan negara lain seharusnya tidak mengorbankan impian anak-anak bangsa, keluh seorang di antara mereka.
TAUFIQ A., Jakarta-FARID S.M.-M. APRIDIO, Surabaya
—
KALAU dua pemain sehebat Diego Maradona dan Lionel Messi saja turut dibesarkan di Piala Dunia U-20, anak-anak muda mana yang lantas tak bermimpi main di ajang tersebut?.
Apalagi mereka yang berasal dari negara seperti Indonesia, yang di atas kertas sulit melakukannya lewat jalur kualifikasi.
Karena itu, menjadi tuan rumah adalah kesempatan terbaik. Sayangnya, itu pun kini terancam lenyap.
”Bukan saya saja, semua pesepak bola pasti bercita-cita ingin main di Piala Dunia,” kata Aditya Arya, salah seorang kiper tim nasional U-20, ketika dihubungi Jawa Pos kemarin (28/3).
Dony Tri Pamungkas, bek kiri timnas U-20 Indonesia, sangat sedih atas apa yang terjadi sekarang ini yang mengakibatkan status Indonesia sebagai tuan rumah terancam dicabut. ”Saya sangat sedih. Mana sudah tinggal 1,5 bulan lagi,” tutur pemain asal Persija Jakarta tersebut melalui direct message Instagram kepada Jawa Pos kemarin.
Dony sangat mendambakan tampil di Piala Dunia U-20. Apalagi, usianya masih masuk untuk tampil di ajang itu. Kerja keras tidak hanya dilakukan di timnas, tapi juga saat memperkuat Persija di liga domestik. ”Kami sudah lama mempersiapkan tim dengan penuh semangat dan kerja keras,” tegasnya.
Adit, Dony, dan semua personel timnas U-20 sudah berkorban banyak. Mereka digembleng keras dalam pemusatan latihan yang berlangsung lama. Yang otomatis harus meninggalkan keluarga dan sahabat.
”Kami semua rela mengikuti pemusatan latihan dan jauh dari keluarga. Jadi, kami sangat kecewa dengan situasi ini,” ungkap Dony.
Dan, mereka bukanlah generasi pemain pertama yang harus bersiap kecewa. Sebelum mereka, Indonesia mempersiapkan tim untuk Piala Dunia U-20 yang awalnya bakal dihelat pada 2021.
Bagas Kaffa, Pratama Arhan, Brylian Aldama, Rizky Ridho, M. Supriadi, dan Alfeandra Dewangga di antara para calon personel tim. Namun, pandemi Covid-19 membuat ajang tersebut harus diundur dua tahun. Otomatis, generasi pertama itu sudah lewat umurnya untuk bisa tampil di Piala Dunia U-20.
Hokky Caraka, salah seorang striker timnas U-20, juga tidak kalah kecewa. Dia bingung dengan adanya penolakan terhadap timnas U-20 Israel. Padahal, penolakan tersebut berdampak negatif terhadap sepak bola Indonesia.
”Berjuang untuk kemerdekaan negara orang lain. Tapi, kalian semua merusak impian anak-anak bangsa sendiri,” tulis striker PSS Sleman tersebut di Instagram story.
Bahwa sebelumnya sejumlah negara juga pernah batal jadi calon tuan rumah memang benar. Namun, hanya Indonesia –seandainya benar terjadi– yang dipicu penolakan segelintir orang terhadap salah satu calon peserta.
”Memperjuangkan kemerdekaan Palestina tidak harus mengorbankan mimpi anak bangsa,” tulis Achmad Maulana Syarif, penggawa timnas U-20 lainnya.
Adit juga sangat terganggu dengan desas-desus bakal batalnya Piala Dunia U-20 di Indonesia. ”Tapi, saya berusaha fokus dan optimistis saja,” bebernya.
Begitu pula Hugo Samir, personel timnas U-20 lainnya. Dia tidak mau mengomentari yang tengah ramai menjadi perdebatan. Dia memilih untuk fokus berlatih. ”Pasti tetap tekun latihan dan terus semangat pastinya. Yang penting, kami sudah berusaha berjuang semaksimal mungkin,” tegasnya.