JawaPos.com–Pakar penyakit dalam subspesialis endokrinologi metabolik dan diabetes M. Ikhsan Mokoagow mengingatkan sejumlah hal yang penyandang diabetes perlu perhatikan saat berpuasa. Hal itu guna mencegah terjadinya komplikasi.
”Jangan melewatkan makan sahur, agar cadangan energi selama berpuasa cukup dan tidak terjadi hipoglikemia,” kata Ikhsan Mokoagow, yang berpraktik di RS Pondok Indah, Puri Indah itu seperti dilansir dari Antara, Rabu (29/3).
Ikhsan mengatakan, kebutuhan kalori tidak berubah saat berpuasa selama Ramadan. Yakni komposisi 40-50 persen saat berbuka puasa dan 30-40 persen saat sahur, ditambah satu hingga dua camilan sehat sejumlah 10-20 persen dari total kalori.
Makan sahur, sambung dia, dianjurkan mendekati waktu imsak atau waktu subuh. Sedangkan berbuka, sebaiknya dilakukan sesegera mungkin agar kadar gula darah tidak turun terlalu lama.
”Pasien diabetes harus menghindari makan berlebihan saat sahur dan waktu berbuka karena mengatur porsi makan sangat penting untuk mengontrol kadar gula darah dan berat badan,” papar Ikhsan Mokoagow.
Dia menjelaskan, penderita diabetes perlu memperbanyak konsumsi makanan yang mengandung banyak serat. Sebab, memberikan rasa kenyang lebih lama.
”Misalnya seperti nasi merah, gandum, sayur, dan buah, dianjurkan untuk dikonsumsi lebih banyak khususnya saat makan sahur,” tutur Ikhsan.
Pasien juga perlu menghindari mengonsumsi makanan yang digoreng dan terlalu manis. Makanan yang digoreng dapat menyebabkan penimbunan lemak dalam tubuh dan secara tidak langsung akan meningkatkan kadar gula darah.
Sementara itu, makanan terlalu manis dapat mengganggu kestabilan kadar gula darah. Sehingga, tidak dianjurkan baik saat sahur maupun berbuka puasa.
”Khusus saat berbuka puasa, pasien juga tidak disarankan menyantap jus kalengan atau jus segar dengan tambahan gula dan sirup karena dapat meningkatkan risiko hiperglikemia atau peningkatan kadar gula darah,” terang Ikhsan Mokoagow.
Di sisi lain, lanjut dia, perhatikan kecukupan cairan untuk mencegah dehidrasi. Menurut Ikhsan, penyandang diabetes akan mudah mengalami dehidrasi karena tubuhnya kekurangan cairan. Terlebih saat berpuasa, otomatis tubuh tidak mendapatkan asupan cairan yang cukup, sehingga perlu digantikan saat setelah berbuka sampai dengan waktu sahur.
Dia menambahkan, konsumsi air putih lebih dianjurkan dibandingkan minuman manis atau minuman yang mengandung kafein, seperti kopi dan teh. Minuman berkafein bersifat diuretik, mampu mendorong lebih sering berkemih, sehingga berisiko memicu dehidrasi.
Selain soal asupan makanan, Ikhsan juga mengingatkan tentang pemeriksaan gula darah teratur selama berpuasa sesuai anjuran dokter yang didasarkan pada kondisi dan pengobatan yang diberikan. Akan tetapi, kapanpun pasien mengalami gejala-gejala hipoglikemia atau hiperglikemia dianjurkan untuk segera memeriksakan kadar gula darah.
Sejumlah gejala hipoglikemia atau kadar gula darah yang turun tiba-tiba antara lain berkeringat dingin, gemetar, dan pusing. Untuk mengatasinya, segera batalkan puasa dengan mengonsumsi makanan dan minuman manis yang dapat dengan cepat meningkatkan kadar gula darah, seperti permen, teh manis, dan jus buah.
”Jika kadar gula darah kurang dari 70 mg/dl, lebih dari 300 mg/dl, dianjurkan untuk membatalkan puasa, atau saat merasa tubuh tidak sehat atau fit,” ucap Ikhsan Mokoagow.
Lebih lanjut menurut dia, penyandang diabetes sebaiknya tetap berolahraga rutin ketika puasa baik untuk menjaga kebugaran. Sebaiknya tidak dilakukan berlebihan agar tak menyebabkan hipoglikemia.
”Selain itu, hal lain yang perlu diperhatikan ialah perlunya pasien tetap mengonsumsi obat yang diberikan oleh dokter,” ujar Ikhsan Mokoagow.
Ikhsan mengatakan, ibadah puasa memang diwajibkan untuk seluruh umat Islam. Namun bagi mereka yang hidup dengan diabetes, ada baiknya mempertimbangkan kembali kondisi sebelum menjalaninya.
”Penyandang diabetes disarankan untuk menjalani pemeriksaan kesehatan dan berkonsultasi ke dokter spesialis penyakit dalam atau dokter spesialis penyakit dalam subspesialis endokrin, metabolik, dan diabetes setidaknya satu hingga dua bulan sebelum hendak menjalani ibadah puasa,” kata Ikhsan Mokoagow.
”Nanti, dokter melakukan pemeriksaan fisik, mengevaluasi gula darah, dan menentukan apakah kondisi tubuh pasien aman untuk menjalani ibadah puasa. Jika kadar gula darah terkontrol dengan baik, ibadah puasa tentu dapat dilakukan tanpa kendala,” tambah dia.