JawaPos.com – Jenazah Briptu Ruli Firmansyah (RF), staf pribadi pimpinan (Spripim) Kapolda Gorontalo, akhirnya dimakamkan di Semarang kemarin. Meski demikian, bukan berarti keluarga RF menganggap masalah sudah selesai. Mereka belum yakin jika RF benar-benar bunuh diri. Karena itu, pihak keluarga meminta agar Polda Gorontalo mengusut kasus tersebut sampai tuntas.
Desakan itu disampaikan Muslih, ayah almarhum RF, kemarin. “Selama ini RF tidak pernah sedikit pun mengeluh. Ibaratnya, kalau ada hujan, pasti ada mendung. Ini nggak ada mendung, kok hujan. Ini yang kita pertanyakan saat ini,” ungkap Muslih kepada Jawa Pos Radar Semarang kemarin (27/3).
Muslih yang berstatus purnawirawan Polri mengaku pernah menjadi penyidik. Dia tahu benar proses penyidikan untuk kasus bunuh diri. “Saya sampai berpikir apakah dengan memutuskan BD (bunuh diri, Red) itu tidak akan melanjutkan penyidikan. Saya juga mantan penyidik. Kalau nangani kasus yang sudah diputuskan seperti itu, kan kita terhenti,” katanya.
Jika memang Polda Gorontalo menyebut anaknya bunuh diri, Muslih meminta ditunjukkan bukti dan fakta yang bisa diterima akal sehat. “Kita kan belum tahu, alat bukti apa yang mendukung itu. Otopsi juga belum. Kan tidak bisa mengetahui apakah senjatanya, senjata itu, kita kan belum tahu,” bebernya. Dia lantas meminta polisi memeriksa rekaman CCTV di sekitar lokasi kejadian.
Menurut dia, RF adalah anak yang pendiam. Namun, dia merasa heran jika anaknya disebut bunuh diri. Sebab, selama di Gorontalo, RF tidak pernah mengeluh. Komunikasi dengan keluarga terjalin seperti biasa. RF terakhir berkomunikasi dengan ibunya sebelum bulan puasa. “Ya, makanya saya katakan nggak ada mendung kok ada hujan. Itu yang saya simpulkan kok ada berita BD. Kalau memang dia mengeluh banyak utang atau mungkin punya musuh atau bagaimana, itu saya masih bisa menerima,” jelasnya.
Muslih mengatakan bahwa RF pernah menjalin asmara dengan seorang perempuan yang juga anggota Polri. Namun, dia tak tahu apakah hubungan keduanya ada masalah. Kalaupun ada masalah, dia menyebut kemungkinan hanya karena kesibukan masing-masing. “Tunangannya itu pernah datang ke sini dan saya juga pernah melamar ke sana. Cuma, konflik itu kan konflik pribadi. Saya tidak bisa menyimpulkan sebenarnya. Kalau saya duga itu ya karena saling sibuk sendiri karena calonnya itu kan anggota Densus 88, kalau anak saya ajudan,” bebernya. Muslih menyebutkan, anaknya menjadi Spripim Kapolda Gorontalo sekitar delapan bulan.
Sementara itu, Kapolda Gorontalo Irjen Pol Helmy Santika ikut mengantar jenazah RF ke Semarang. Kapolda bersama rombongan juga turut menuju TPU. Proses pemakaman selesai pukul 17.17.
Irjen Pol Helmy berjanji mengungkap penyebab kematian Briptu RF. “Kita akan lakukan penyelidikan lanjutan. Karena kita belum tahu apa latar belakangnya. Ini yang harus coba kita gali, kita uraikan, kita cari petunjuk, cari alat bukti, fakta, dan sebagainya. Kami dengan pihak keluarga sepakat apa yang jadi latar belakang ini harus diungkap secara jelas,” bebernya.