JawaPos.com–Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi menyampaikan, saat ini, ada 80-95 persen mal di Kota Pahlawan yang menyerap tenaga kerja asal Surabaya.
Namun Eri mengingatkan kepada warga Surabaya, untuk tidak berharap mendapatkan gaji di atas upah minimum kota (UMK). Hal itu karena tidak semua rekrutmen ada di bawah naungan pihak mal.
”Apakah gaji di semua mal itu UMK, ya enggak. Karena di mal itu tidak semua (tenant) pengusaha besar, karena ada juga UMKM, dan ada juga yang baru merintis. Kalau pengusaha baru mencoba, atau UMKM disuruh gaji Rp 4 juta, ya nggak untung malah tambah buntung,” papar Eri.
Karena itu, Cak Eri meminta kepada Kepala Dinas Perindustrian dan Tenaga Kerja (Disperinaker) Kota Surabaya untuk hadir mendampingi pemilik tenant di mal. Hal itu agar tidak terjadi kesalahpahaman.
”Karena kalau kerja di mal kemudian ada yang digaji di bawah UMK, bisa diserbu malnya. Padahal kan itu UMKM yang diberikan tempat di mal. Saya minta Disperinaker untuk mendampingi itu,” tutur Eri.
Cak Eri berharap, mal di Surabaya dapat menyerap tenaga kerja minimal 40 persen warga ber-KTP Surabaya. Dengan begitu, angka pengangguran akan menurun.
”Karena sekarang angka pengangguran dari 9,7 persen, menjadi 7 sekian persen. Tahun ini saya ingin maksimalnya 4 persen, kemudian kemiskinannya bisa turun 2 persen,” ucap Eri.
Selain bersama mal, Cak Eri menambahkan, juga akan bekerja sama dengan perindustrian serta investor lain di Kota Surabaya.
”Makanya tadi saya sampaikan, kalau perizinan itu harus satu pintu jangan sampai ketemu dinasnya, jadi langsung melalui PTSP,” ucap Eri.