JawaPos.com – Direktur Eksekutif Indo Barometer M. Qodari mengatakan, gelaran Piala Dunia U-20 harus berjalan sukses dan masing-masing pihak diminta mengesampingkan berbagai hal yang bersifat politis.
Hal itu dikatakan Qodari, merespon adanya gelombang menolak timnas Israel menjelang Piala Dunia U-20. Desakan itu datang antara lain dari tokoh organisasi, partai politik, dan kepala daerah.
“Hemat saya olahraga itu sebaiknya dilepaskan dari politik,” kata Qodari, Senin (27/3/2023).
Menurut Qodari, Israel berhasil lolos menjadi peserta Piala Dunia U-20 2023, berkat perjuangannya sendiri tampil gemilang lolos pada babak kualifikasi, dengan menjadi runner-up Grup B Piala Eropa U-19 2022.
Selain itu, Qodari meyakini kehadiran Israel dalam Piala Dunia U-20 tidak menggambarkan sikap politik Indonesia. Ia menilai Indonesia masih terus konsisten dengan perjuangan Undang-Undang Dasar (UUD) 1945. Salah satunya, yakni mendorong penjajahan di muka bumi dihapuskan.
“Jadi kehadiran sepak bola Israel di Indonesia bukan berarti kita mendukung atau menjustifikasi Israel menjajah Palestina, karena kembali kepada poin pertama olahraga harus lepas dari politik,” jelasnya
Qodari menyebut setidaknya terdapat dua implikasi yang diterima Indonesia sebagai tuan rumah Piala Dunia U20 2023 pada 20 Mei-11 Juni nanti.
Pertama, penyelenggaraan piala dunia U-20 di Indonesia bagian dari kerja dan cita-cita Indonesia untuk menjadi salah satu kekuatan penting atau kekuatan yang nyata dalam peta sepak bola dunia.
Kedua, Piala Dunia U-20 sebagai ajang terbesar kedua FIFA setelah Piala Dunia itu jika gagal diselenggarakan di Indonesia, tentu akan memberikan rasa kecewa mendalam bagi masyarakat Indonesia khususnya para pecinta sepak bola yang begitu banyak.
“Dan saya yakin itu adalah aspirasi dari masyarakat Indonesia seluruh masyarakat Indonesia khususnya penggemar sepak bola yang begitu banyak dan begitu luas. Kita sudah begitu rindu dan kangen dengan sepak bola Indonesia yang maju,” sambungnya.
Lanjut Qodari, terdapat dua indikator majunya wajah sepak bola nasional. Pertama, yakni kesuksesan menjadi tuan rumah pada ajang olahraga internasional. Kedua, meraih prestasi baik pada tingkat kawasan Asia, hingga dunia, baik itu di level klub ataupun timnas.
“Maju itu dari dua aspek dari penyelenggaraan event dan yang kedua prestasi meraih hasil yang signifikan dalam turnamen baik di tingkat Asia Tenggara, Asia maupun dunia baik pada level klub maupun pada level Timnas,” urainya.
Qodari berharap seharusnya momentum Piala Dunia U-20 ini dapat diapresiasi dan di dukung semua pihak, pasalnya jika berhasil Indonesia akan mendapatkan apresiasi dunia.
“Masih berkaitan dengan Indonesia adalah soal bagaimana nama baik, nama besar Indonesia bisa diapresiasi oleh dunia dengan kemampuan menyelenggarakan event-event besar internasional mulai dari Sea Games, Asian Games sampai kepada event-event yang lebih besar dalam skala dunia,” tuturnya.
Lebih lanjut Qodari mengatakan, kesuksesan Piala Dunia U-20 dapat menjadi modal besar bagi Indonesia untuk ikut bidding menjadi tuan rumah Piala Dunia 2034 mendatang.
“Harusnya penyelenggaraan Piala Dunia U-20 ini bisa jadi batu pijakan Indonesia untuk bisa menjadi penyelenggara piala dunia senior seperti yang dilakukan Qatar tahun 2022 kemarin di masa yang akan datang,” ucapnya.
Qodari juga mengingatkan kegagalan Indonesia menjadi tuan rumah Piala Dunia U-20 menimbulkan kerugian yang sangat besar pada bidang sepak bola nasional. Ia berharap PSSI dan FIFA segera mendapatkan solusi terbaik agar polemik ini cepat selesai.
“Kalau Indonesia kemudian tidak jadi menyelenggarakan Piala Dunia U-20 tentu kerugiannya besar sekali baik secara prestasi penyelenggaraan di bidang sepak bola khususnya maupun dalam konteks negara Indonesia secara umum begitu mudah-mudahan ada solusi,” pungkas Qodari.