JawaPos.com–Kelompok kriminal bersenjata (KKB), Sabtu (25/3) malam, menyerang dan menembaki anggota TNI-Polri. Saat itu, aparat keamanan itu sedang melakukan pengamanan terhadap warga yang sedang melaksanakan salat tarawih di Ilu, Kabupaten Puncak Jaya, Papua Pegunungan.
”Akibat serangan tersebut tiga anggota terluka, dua orang di antaranya meninggal dunia,” kata Kapolda Papua Irjen Pol Mathius Fakhiri seperti dilansir dari Antara, Sabtu (25/3) malam.
Menanggapi hal itu, Sersan Mayor (Purn) Muhtar Efendi menyebut, pemimpin negeri harus punya kemampuan dalam mempertahankan kesatuan, keutuhan, dan stabilitas nasional. Harus punya kemampuan dan keberanian mengambil sikap tegas dalam menangani situasi yang nyata-nyata menyangkut kedaulatan negara
”Tidak boleh pemimpin hanya tersenyum saat mendengar ada aparatnya gugur dibantai musuh,” ujar Muhtar Efendi yang juga eks pasukan pembebasan sandera peneliti Lorentz, Mapenduma, 1996.
Menurut dia, Panglima TNI seperti tak punya nyali menghadapi musuh. ”Saat anak buahnya meregang nyawa dibantai separatis yang nyata-nyata makar terhadap kedaulatan dan keutuhan wilayah negara, sepertinya tidak berani mengambil sikap,” ucap Muhtar Efendi.
Dia menegaskan, tindakan tegas dan nyata harus diperlihatkan sebagai panglima perang di medan laga. ”Separatis dianggap saudara, teroris dijadikan mitra, ini tidak bisa,” ucap Muhtar Efendi.
Dia menambahkan, sebutan kelompok kriminal bersenjata disematkan justru oleh pemerintah. Alasan agar lebih halus, sopan, dan agar lebih humanis sama sekali tidak bisa diterima.
”Mereka tak peduli keluarga aparat menangis saat jasad pulang tanpa nyawa,” tutur Muhtar Efendi.
”Semoga semua itu bukanlah ujian dari Tuhan yang membekukan otak para pemimpin negeri ini,” tambah dia.